Pengelolaan Beralih ke Perusahaan Patungan AP II dan GMR Group India, Bandara Kualanamu Diminta Menteri BUMN Saingi Bandara Changi dan Kuala Lumpur
Serah terima pengelolaan Bandara Kualanamu. (Foto: Ist)

Bagikan:

JAKARTA - Pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara resmi berpindah ke PT Angkasa Pura Aviasi (APA), anak usaha PT Angkasa Pura II yang juga menjadi perusahaan konsorsium bersama GMR Group asal India. Dengan adanya alih kelola ini, diharapkan Kulanamu dapat meningkatkan hubungan dagang Indonesia dengan India.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pengelolaan Bandara Kualanamu, Sumatera Utara oleh PT Angkasa Pura Aviasi (APA) merupakan upaya konkret dalam perbaikan ekosistem transportasi, tidak hanya mobilitas manusia namun juga rantai pasok.

"Alhamdulillah, hari ini kita bersama-sama menyaksikan serah terima pengelolaan Bandara Kualanamu dari PT Angkasa Pura II atau AP II kepada APA yang merupakan perusahaan patungan bersama dengan mitra strategis yaitu GMR Airports," ujar Erick saat menyaksikan penandatanganan dokumen operasional komersial Bandara Kualanamu oleh AP II dan APA di Sarinah, Jakarta, Kamis 7 Juli.

Kemitraan strategis ini, kata Erick, mengedepankan proses tata kelola perusahaan yang baik melalui proses tender yang transparan, melibatkan reviu dan pendampingan dari BPKP. Tujuannya untuk memberikan manfaat bagi Indonesia.

Erick berharap kemitraan strategis ini dapat meningkatkan kualitas pengelolaan Bandara Kualanamu menjadi lebih profesional dan meningkatkan pelayanan agar pengguna merasakan kenyamanan, keamanan, dan pengalaman yang menyenangkan.

"Ini juga menjadi kesempatan Indonesia membangun market baru. Perdagangan selatan ke selatan sangat berpotensi. Kerja sama ini membuat kita punya akses langsung antara Indonesia dan India," ujar Erick.

Menurut Erick, hubungan dagang Indonesia dengan India sangat bagus. GMR India yang bekerja sama dengan AP II akan mendorong trafik lebih tinggi ke Indonesia tanpa harus singgah di negara lain.

"Kita perlu daging, India juga perlu batu bara dari Indonesia. Ini konteks yang saling menguntungkan. Yang tadinya berhenti ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia, sekarang Sumatera jadi hub sebelum pergi lagi ke negara tujuan lain seperti Korea atau Australia," jelasnya.

Kulanamu akan Jadi Hub Internasional

Dengan kerja sama tersebut, kata Erick, Bandara Kualanamu akan menjadi hub internasional guna mendorong Sumatera Utara sebagai pusat pariwisata dan kargo. Erick tak ingin Indonesia hanya menjadi market bagi negara lain.

"Ini hal positif. Pembangunan ekonomi tak hanya di Jawa saja. Ekonomi di Sumatera jadi kekuatan sendiri. Presiden sudah investasi di jalan tol. Ini untuk meningkatkan ekonomi dan lapangan kerja di Sumatera," ujarnya.

Bagi Erick, Bandara Kualanamu juga harus bisa menandingi dominasi Bandara Changi Singapura dan Bandara Kuala Lumpur Malaysia dengan menjadi gerbang dunia internasional untuk dapat mengenali Indonesia melalui pintu Sumatera.

Selain itu, Erick menilai kerja sama ini juga bertujuan untuk menekan tingginya biaya logistik Indonesia yang saat ini sebesar 23 persen atau lebih tinggi dari rata-rata dunia yang sebesar 13 persen.

"Bagaimana kita bisa berkompetisi kalau harga logistik mahal. Pak Budi dan saya serius memperbaiki rantai pasok. Kerja sama yang kita tekankan bagaimana Sumatera Utara penting kita dorong sebagai pusat pertumbuhan baru ekonomi Indonesia agar memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan lima persen per tahun akan terus tumbuh sampai 2045 sehingga kita jadi negara ekonomi terbesar keempat dunia," ujar Erick.

Peningkatan kualitas Bandara Kualanamu juga mendukung penguatan ekosistem pariwisata yang saat ini telah kembali tumbuh positif seiring dengan keberhasilan Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19.

Erick pun berpesan pengelolaan Bandara Kualanamu tetap menjaga dan melestarikan budaya Indonesia. Menurut dia, Bandara Kualanamu dapat mengikuti jejak Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai yang mengaktifkan kembali parade budaya sebagai panggung tetap untuk seni, budaya, dan UMKM Indonesia.

"Korea saja bisa, maka Indonesia juga harus bisa. Saya kembali berpesan kepada jajaran BUMN sektor pariwisata yang hadir, terus lanjutkan program transformasi kita dalam mengembangkan dan memperkuat ekosistem pariwisata Indonesia. Lakukan bisnis secara profesional dan bangun kemitraan strategis dengan mitra-mitra yang profesional," tuturnya.