JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa Bandara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara, memiliki peluang untuk menyaingi Changi Airport di Singapura. Peluang tersebut dapat tercapai karena adanya kerja sama antara PT Angkasa Pura II (Persero) dengan GMR Airports Consortium.
Tiko sapaan akrabnya mengatakan GMR Airports Consortium merupakan investor yang dimiliki GMR Group asal India dan Aerosports de Paris Group (ADP) dari Perancis yang merupakan jaringan operator bandara terkemuka di dunia.
GMR, kata Tiko, ingin menjadikan Kualanamu sebagai hub penerbangan dari Asia Selatan menuju Asia Utara atau Timur dan Australia. Serta mengurangi dominasi Bandara Changi, Singapura dan Bandara Kuala Lumpur, Malaysia.
"Mereka menggunakan Kualanamu sebagai base untuk mengurangi daripada Changi Airport dan KLA Sepang," katanya dalam rapat dengan Komisi VI, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Kamis, 2 Desember.
Lebih lanjut, Tiko mengatakan GMR telah menanamkan modal Rp56 triliun untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas bandara Kualanamu, Sumatera Utara. Dengan modal yang ada, Kualanamu diproyeksikan dapat menampung 54 juta penumpang.
"Diharapkan penumpangnya nanti bisa meningkat mencapai 54 juta penumpang. Saat ini ada di kisaran 10 juta penumpang. Saya rasa ini deal yang sangat baik dan prosesnya kita kawal," ucapnya.
Untuk memastikan bahwa proyek kerja sama ini berjalan di jalur yang benar, Kementerian BUMN juga melibatkan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Bahkan, dalam proses BPKP ikut dalam serangkaian proses tender hingga terpilih GMR Airports Consortium menjadi mitra strategis.
"Dan kita juga minta BPKP untuk mengawal juga insyaallah ini menjadi satu kerja sama strategis," ucapny.
Seperti diketahui, pengelolaan Bandara Kualanamu oleh GMR sebelumnya menimbulkan kegaduhan. Sebab, kerja sama GMR dengan PT Angkasa Pura II (Persero) disebut-sebut membuat bandara jatuh ke tangan pihak asing.
Tiko pun memastikan bahwa aset Bandara Kualanamu tetap akan dimiliki oleh Angkasa Pura II meski pengelolaannya bekerjasama dengan perusahaan asing.
"Setelah 25 tahun nanti setelah bandaranya sudah bagus dan meningkat kualitasnya akan kembali lagi menjadi milik AP II," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis AP II Armand Hermawan mengatakan kemitraan strategis ini bukan transaksi penjualan saham atau penjualan aset Bandara Internasional Kualanamu. Namun, bersama-sama mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara.
"Tidak ada penjualan aset atau penjualan saham Bandara Internasional Kualanamu. Kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu beserta asetnya 100 persen tetap milik AP II," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Jumat, 26 November.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Armand mengatakan PT Angkasa Pura II (Persero) dengan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu. AP II sebagai pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham
Lebih lanjut, Ahmad mengatakan perusahaan patungan yang dikelola bersama ini hanya akan menyewa aset kepada AP II untuk dikelola selama 25 Tahun. Setelah periode kerja sama berakhir, JVCo tidak berhak lagi mengelola Bandara Internasional Kualanamu dan semua aset hasil pengembangan akan dikembalikan kepada AP II.
Kemitraan dapat dianggap seperti perjanjian sewa menyewa dengan para tenant di terminal Bandara. GMR Airports Consortium sendiri dipilih menjadi mitra strategis setelah melalui serangkaian proses tender secara profesional dan transparan.
"Saat ini pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan oleh AP II. Sejalan dengan adanya mitra strategis, pengelolaan selama 25 tahun akan dilakukan oleh AP II dan GMR melalui JVCO yang 51 persen sahamnya dimiliki AP II. Nantinya pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu akan kembali seluruhnya kepada AP II setelah masa kerja sama berakhir," tuturnya.
Armand menuturkan kemitraan strategis ini merupakan inovasi model bisnis yang menarik minat investasi pihak swasta untuk dapat turut berkontribusi dalam mengembangkan infrastruktur di Indonesia dan menyediakan layanan bagi kepentingan umum.
"Tujuan dari kemitraan strategis ini adalah mengakselerasi 3E yaitu Expansion the traffic (memperluas penerbangan), Equity partnership (menambah permodalan) dan Expertise sharing (berbagi teknologi dan keahlian), sehingga daya saing Bandara Internasional Kualanamu dapat lebih cepat ditingkatkan," jelasnya.