Bagikan:

JAKARTA - Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh menilai rencana Kementerian ESDM untuk mengalihkan penggunaan elpiji tiga kilogram (Kg) ke kompor induksi atau listrik belum layak dan dapat membebani konsumen.

"Apabila konversi dari elpiji ke kompor listrik tersebut dilaksanakan, malah akan membebani konsumen," kata Ketua Hiswana Migas Aceh Nahrawi Noerdin dilansir ANTARA, Selasa, 21 Juni.

Menurut Nahrawi, belum layaknya penggunaan kompor listrik bagi masyarakat Aceh karena beban biaya listrik cukup mahal, bahkan tertinggi di Asean.

Sebaiknya, kata Nahrawi, pemerintah mengatur pendistribusian elpiji tiga kg lebih tepat sasaran terhadap masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Menurut Nahrawi, jika pemerintah memaksakan konversi ke kompor listrik akan merugikan pelaku UMKM serta para pelaku usaha lainnya, dan dapat memengaruhi perekonomian rakyat.

"Jelas berdampak pada pelaku usaha jika dialihkan, karena biaya listrik di Indonesia sangat tinggi. Belum lagi ada rencana mau menaikkan harga listrik," ujarnya.

Nahrawi menambahkan, penerapan kompor induksi di Indonesia bukan sebuah solusi yang harus dilakukan jika harga tarif listrik masih tinggi.

"Di Arab Saudi dan Timur Tengah murah, bahkan ada yang free lagi listriknya, nah kalau itu baru solusi namanya," kata Nahrawi.

Karena itu, Nahrawi berharap pemerintah memikirkan secara matang terlebih dahulu jika ingin melakukan konversi ke kompor listrik, mengingat itu sangat memberikan dampak terhadap masyarakat terutama pelaku usaha.