Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada masalah yang lebih pelik. Setelah persoalan pandemi mulai terkendali, kini timbul tantangan baru dari aspek geopolitik yang membuat tekanan lebih kuat dari sebelumnya.

"Saat ini terjadi krisis akibat perang berimbas ke sektor energi, pangan, dan keuangan, " ujarnya di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta saat mengikuti rapat kerja dengan Banggar DPR awal pekan ini.

Airlangga menyebut jika dinamika belum berakhir dan masih akan terus terjadi. Malahan, aspek terbaru ini merupakan kejadian yang berada diluar kendali manusia. "Krisis berikutnya adalah soal perubahan iklim. Kita (sekarang) masih musim hujan tapi kemarau akan panjang dan hal tersebut bisa berimbas pada pangan yang harus diperhatikan, " tuturnya.

Lebih lanjut, Airlangga mengungkapkan bahwa situasi yang berkembang turut mengerek berbagai harga komoditas penting dunia yang tentu akan membawa pada tingkat kerentanan yang lebih luas. "Peningkatan commodity price nampaknya masih akan terjadi sampai pertengahan tahun depan yang menimbulkan cost of living atau inflasi," tegasnya.

"Jadi inilah situasi yang sedang kita hadapi sekarang, judulnya The perfect storm atau badai yang sempurna yang kita hadapi dalam tiga tahun terakhir, " kata dia.

Sebagai informasi, indikasi kuat gejolak ekonomi terlihat dari peningkatan angka inflasi dalam tiga bulan terakhir. Dalam catatan VOI, tren tinggi inflasi sudah muncul pada Februari lalu secara tahunan (year on year/yoy) dengan bukuan 2,03 persen.

Kemudian diikuti Maret, April serta Mei dengan masing-masing berada di level 2,64 persen, lalu 3,47 persen, dan 3,55 persen. Adapun, target pemerintah dalam besaran inflasi adalah 3 persen plus minus 1 persen pada sepanjang tahun ini.