JAKARTA - Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z Yunus mengatakan, potensi migas ke depan akan didominasi gas, penemuan migas juga didominasi gas.
Taslim menyampaikan, berdasarkan rencana peningkatan produksi minyak dan gas 2030, maka produksi gas ditargetkan mencapai 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) atau meningkat lebih dari 100 persen dari produksi saat ini.
"Peran dalam mendukung upaya peningkatan konsumsi gas nasional tidak hanya menjadi tugas dari fungsi pemasaran, tetapi membutuhkan dukungan dari fungsi komunikasi untuk menyuarakan secara efektif ke para pemangku kepentingan diharapkan dapat menumbuhkan dukungan dan regulasi yang pro bisnis di sektor gas," ujarnya kepada wartawan, Jumat 27 Mei.
BACA JUGA:
Taslim menambahkan, keberhasilan dan lancarnya operasional hulu migas di daerah termasuk kegiatan pemboran, pembebasan lahan dan lainnya salah satu faktor yang memengaruhi adalah dukungan dari para pemangku kepentingan di daerah.
"Oleh karena itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). harus terus menjaga kerja sama dan sinergi dengan pemerintah daerah dan stakeholders lainnya. Sebagaimana pepatah “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," kata Taslim.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengungkapkan, total sebanyak 62,39 TSCF cadangan gas tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengundang semua calon investor untuk berkontribusi dalam mengembangkan cadangan.
"Pemerintah menawarkan kemudahan berusaha dan fasilitas pendukung bagi investor, mulai dari regulasi, perizinan, hingga insentif fiskal dan nonfiskal," paparnya dalam keterangan tertulis, Kamis 12 Mei.
Tutuka merinci, sektor industri, listrik, dan pupuk merupakan konsumen gas terbesar di Indonesia.
Sementara itu, sekitar 22,57 persen diekspor dalam bentuk LNG, dan 13,13 persen diekspor melalui pipa.
Total konsumsi gas mencapai 5.734,43 BBUTD. Untuk menjaga ketahanan energi, Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada 2030.
Berdasarkan Neraca Gas Indonesia, diperkirakan ada potensi surplus untuk memasok kebutuhan industri baru di dalam negeri atau untuk diekspor.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk industri maupun pembangkit listrik, pemerintah Indonesia terus meningkatkan pembangunan infrastruktur, misalnya infrastruktur pipa gas.
Selain itu, pengembangan pipa LNG skala kecil dan virtual juga penting untuk mengamankan pasokan energi di daerah-daerah tertentu dengan kendala geografis, seperti di pulau-pulau kecil yang tersebar, terutama di bagian timur negara itu.
"Dengan cadangan dan potensi yang melimpah tersebut, membuka pasar gas bumi di Indonesia. Kami menyambut para investor untuk bergabung dalam pengembangan gas di tanah air untuk menyediakan pasokan energi yang andal dan pada saat yang sama, untuk mencapai target NZE tahun 2060," pungkas Tutuka.