JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Maret 2022 telah terjadi inflasi sebesar 2,64 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau dibandingkan dengan Maret 2021.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan secara bulanan atau month to month (mtm), inflasi Maret 2022 tercatat 0,66 persen atau melonjak signifikan dari Februari 2022 dengan deflasi minus 0,02 persen.
Sementara secara tahun kalender atau dari Januari hingga Maret 2022 tingkat inflasi adalah sebesar 1,20 persen.
“Inflasi 2,64 persen merupakan angka tertinggi sejak April 2020 dimana pada saat itu terjadi inflasi tahunannya sebesar 2,67 persen,” ujarnya ketika menggelar konferensi pers secara daring pada Jumat, 1 April.
Menurut Margo, faktor utama pembentuk inflasi bulan lalu adalah komoditas cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas, perhiasan, dan minyak goreng.
“Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,86 persen dan terendah terjadi di Kupang sebesar 0,09 persen,” tuturnya.
BACA JUGA:
Adapun, deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,27 persen dan deflasi terendah terjadi di Kendari sebesar 0,07 persen.
Sebagai informasi, meningkatnya inflasi di Maret 2022 tidak lepas dari tren kenaikan harga bahan pangan sejak awal tahun ini.
Besaran laju inflasi diperkirakan bakal semakin terkerek dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax dan juga peningkatan tarif pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen yang mulai berlaku pada 1 April 2022.
Belum lagi faktor musiman Ramadan yang juga jatuh pada bulan ini diyakini semakin menguatkan laju inflasi di awal kuartal II 2022.