JAKARTA - Direktur Utama PT Borneo Alumina Indonesia, Dante Sinaga melaporkan progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah Kalimantan Barat baru berjalan sekitar 13,78 persen.
Hal ini diungkapkan Dante dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI yang menghadirkan Dirut PT Antam tbk, PT Inalum, PT Pembangunan Perumahan dan PT Borneo Alumina Indonesia.
"Progres saat ini untuk 13,78 persen, seharusnya saat ini targetnya 71,73 persen. Memang ada deviasi minus 57, 95 persen," ujarnya, Senin, 21 Maret.
Dante menambahkan, molornya pembangunan proyek ini disebabkan data pengadaan atau procurement yang sangat lambat antara PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan China Aluminium International Engineering Corporation Ltd (Chalieco).
Ia melanjutkan , terdapat juga kesepakatan antara PT PP Dan Chaileco yang belum memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi kedua belah pihak.
"Karena masih ada yang belum dipenuhi maka yang dikerjakan sekarang adalah sebatas DP sebesar 10 persen yang sudah kita bayarkan," ujar Dante.
Oleh karena itu Dante mengaku sudah memanggil PT PP dan Chalieco untuk dilakukan mediasi.
BACA JUGA:
"Kita sudah mediasi sejak Agustus 2021 tapi sampai Minggu kemarin hasilnya belum ada kesepakatan," ujarnya.
Hal lain yang juga menjadi kendala dalam pembangunan smelter tersebut adalah pembangunan area yang seharusnya menjadi tempat pembuangan dan pengolahan limbah B3 masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Ternyata tanahnya adalah tanah gambut sehingga konsorsium meminta untuk merelokasi lahan. Saat ini masih dilakukan soil investigation," ujar Dante.
Proyek SGAR dikelola PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang dimiliki PT Inalum (Persero) dengan saham sebesar 60 persen dan ANTAM dengan saham 40 persen.
SGAR ditargetkan bisa memasuki tahapan operasi komersial atawa commercial operation date (COD) di tahun 2023. Setelah beroperasi nanti, SGAR diproyeksikan kapasitas produksi sebesar 1 juta ton alumina.