Bagikan:

MALUKU - Sejumlah pengusaha pengumpul hasil bumi di Ternate, Maluku Utara (Malut) menyatakan, harga berbagai komoditas perkebunan seperti cengkeh, pala dan fuli mulai naik, menyusul tingginya permintaan dari berbagai daerah di Sulawesi dan Pulau Jawa.

"Saat ini, untuk hasil komoditi petani cengkih di Malut berada di harga Rp110.000/per kg, sedangkan pala Rp100 per kg dan fuli Rp250.000 per kg," kata Direktur Modern Raya Ternate, Jhoni Litan di Ternate, Sabtu 19 Maret.

Harga tiga komoditi petani ini khususnya cengkeh, pala dan fuli ini merupakan tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut Jhoni Litan, hasil komoditas cengkih pala dan fuli dibeli dengan harga cukup tinggi ini akan di jual ke beberapa daerah seperti Jakarta, Surabaya dan Manado sesuai dengan permintaan pembeli, bahkan tahun lalu pernah di jual ke negara India.

Olehnya itu, dia mengharapkan agar pasaran komoditas terus membaik dan harga tetap stabil sehingga para petani dapat menikmatinya, terutama bagi para petani muslim dalam menyambut bulan suci Ramadan tahun ini.

"Kalau ada permintaan dari berbagai pengusaha dalam negeri. maupun luar negeri dengan jumlah yang banyak pasti harga akan bergerak naik," ujarnya dikutip Antara.

Secara terpisah, pengusaha Toko Harapan Jaya beli cengkih dari petani dengan harga Rp107 per kg, untuk pala tergantung presentasi kualitas karena harga bervariasi mulai dari Rp50.000 sampai pada harga tertinggi 100.000/per kg, sedangkan fuli dengan harga Rp245.000/ perkg eceran.

Dimana, pembelian cengkih, pala dan fuli setelah lihat dulu kualitas, jika kualitas bagus tentu harga naik, sedangkan untuk pala, bila tidak masuk presentasi dari hasil pemeriksaan kualitas, maka harga pasti turun.

Sementara itu, salah seorang petani cengkeh Agus Moar ketika dihubungi mengakui, harga komoditi seperti cengkeh, pala dan fuli biasanya alami kenaikan saat musim cengkeh berakhir dan permintaan tinggi, sehingga harganya ikut naik.

"Memang, seluruh komoditi cengkeh telah kami jual dengan harga Rp75 ribu per kg, meskipun para pengusaha pengumpul hasil bumi membelinya dengan harga tinggi, namun rata-rata petani telah menjualnya untuk menutupi kebutuhan hidup dan operasional selama musim panen pada tahun 2021 lalu," ujarnya.