WASHINGTON - Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) pada Rabu, 16 Maret, secara resmi menaikkan suku bunga acuan sebagai cara untuk menekan laju inflasi tertinggi dalam empat dekade terakhir.
Kebijakan kenaikan suku bunga ini pertama kalinya diambil oleh The Fed, sejak terakhir kali dilakukan pada tahun 2018 lalu.
"Inflasi tetap tinggi, mencerminkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan terkait pandemi, harga energi yang lebih tinggi, dan tekanan harga yang lebih luas," tulis The Fed, dalam sebuah pernyataan resminya, sebagaimana dilansir Antara, Kamis, 17 Maret.
Dalam kebijakan kali ini, The Fed memutuskan untuk menaikkan kisaran target suku bunga dana federal sebesar seperempat poin persentase menjadi 0,25 hingga 0,50 persen dan melakukan antisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target masih akan sesuai.
Selain itu, dalam pernyataan disampaikan bahwa The Fed berharap dapat mulai mengurangi kepemilikan surat berharga AS dan utang agensi dan sekuritas yang didukung hipotek agensi dalam pertemuan selanjutnya.
BACA JUGA:
Kisaran target suku bunga dana federal sebelumnya ditetapkan mendekati nol pada Maret 2020 untuk merangsang ekonomi AS pada awal pandemi COVID-19.
Bank sentral juga memulai program pembelian obligasi tanpa batas untuk menopang pasar dan mengurangi biaya pinjaman jangka panjang. Sekarang neraca The Fed telah membengkak menjadi hampir 9 triliun dolar AS dari sekitar 4,5 triliun dolar AS dua tahun lalu.
Dengan inflasi AS mencapai level tertinggi 40 tahun dan jauh di atas target bank sentral sebesar 2,0 persen, banyak pejabat The Fed telah menyatakan dalam beberapa bulan terakhir bahwa mereka akan mendukung rencana untuk memulai serangkaian kenaikan suku bunga dan mengurangi neraca tahun ini dalam upaya mendinginkan ekonomi yang terlalu panas.
Indeks harga konsumen (IHK) bulan lalu melonjak 7,9 persen dari tahun sebelumnya, pertumbuhan 12 bulan terbesar sejak periode yang berakhir Januari 1982, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), komite pembuat kebijakan The Fed, pada Rabu, 16 Maret, menyetujui kenaikan suku bunga dengan suara 8 banding 1, dengan Presiden Bank Federal Reserve St. Louis James Bullard tidak setuju dalam mendukung peningkatan setengah poin persentase yang lebih besar.
Proyeksi ekonomi triwulanan The Fed yang dirilis Rabu, 16 Maret, menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan suku bunga dana federal akan naik menjadi 1,9 persen pada akhir tahun ini dan sekitar 2,8 persen pada akhir 2023. Itu menyiratkan total tujuh kenaikan suku bunga seperempat persentase poin tahun ini dan tiga atau empat tahun depan.
"Tentu saja, proyeksi ini tidak mewakili keputusan atau rencana komite, dan tidak ada yang tahu dengan pasti di mana ekonomi akan berada satu tahun atau lebih dari sekarang," ujar Ketua The Fed, Jerome Powell, lewat sebuah konferensi pers virtual.
Ditanya kapan inflasi AS akan turun, Powell mengatakan bahwa dia memperkirakan inflasi akan tetap tinggi hingga pertengahan tahun dan mulai turun lebih tajam tahun depan.
"Mungkin perlu waktu lebih lama, tetapi saya yakin kita akan menurunkan inflasi," tutur Powell.
Powel juga mengakui bahwa inflasi yang tinggi merugikan semua orang, terutama orang-orang yang menggunakan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli kebutuhan pokok seperti makanan, perumahan, dan transportasi.
"Kami tidak akan membiarkan inflasi tinggi bercokol. Biayanya akan terlalu tinggi. Dan kami tidak akan menunggu terlalu lama untuk melakukan itu," tegas Powell.