Minyak Goreng, Kedelai, dan Gandum Masuk Radar Sri Mulyani untuk Tekan Inflasi Jelang Ramadan
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan skema khusus untuk menahan laju inflasi, khususnya yang berasal dari komoditas pagan, agar tetap terkendali dalam kisaran target 3 persen plus minus 1 persen.

Menurut Menkeu, pemerintah sangat mewaspadai harga bahan pangan tertentu seperti minyak goreng, kedelai, dan gandum yang berpotensi timbulkan dampak tekanan inflasi. Terlebih, pada satu-dua bulan mendatang Indonesia bakal dihadapkan oleh momentum musiman yang berpeluang mengerek harga barang kebutuhan pokok.

“Kami sudah membuat kalkulasi yang tentunya memberikan tekanan pada harga ini terhadap inflasi dalam beberapa bulan ke depan. Apalagi untuk Indonesia, karena kita mengantisipasi Ramadan dan Idulfitri. Jadi, harga komoditas yang bersifat musiman pasti akan berimplikasi pada proses pemulihan ekonomi di Indonesia,” ujarnya dalam diskusi virtual pada Rabu, 16 Maret.

Menkeu menambahkan, pemerintah akan terus memonitor dinamika ekonomi dan volatilitas harga komoditas, serta menyusun analisis risiko ekonomi dan fiskal atas berbagai skenario untuk merumuskan langkah antisipasi.

Di samping itu, kebijakan juga bakal diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan nasional, melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, serta menjaga keberlanjutan pemulihan sektor usaha dan keberlanjutan fiskal.

“Pemerintah akan menggunakan berbagai tools, baik fiskal moneter maupun bahkan intervensi di pasar, agar kami dapat terlebih dahulu memastikan bahwa proses pemulihan akan terus berlanjut,” tuturnya.

Lebih lanjut, bendahara negara mengungkapkan jika pihaknya sudah menyiapkan langkah mitigasi dari dampak dari peningkatan harga komoditas yang ekstrim akibat gangguan rantai pasok global.

“Jadi, kami akan menggunakan semua alat agar kami dapat menavigasi situasi yang sangat menantang ini dari pandemi yang belum berakhir, serta risiko geopolitik baru,” tegas Menkeu Sri Mulyani.

Berdasarkan laporan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), disebutkan bahwa terjadi deflasi sebesar 0,02 persen pada sepanjang Februari 2022.

Angka ini membuat bukuan inflasi secara tahun kalender (Januari-Februari 2022) menjadi sebesar 0,72 persen dan secara tahunan (Februari 2022 terhadap Februari 2021) adalah sebesar 2,03 persen.