JAKARTA - Perusahaan milik konglomerat TP Rachmat, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berhasil meraup pertumbuhan laba bersih 52,56 persen secara tahunan menjadi Rp727,15 miliar pada 2021. Hal itu disebabkan oleh kenaikan penjualan crude palm oil (CPO) dan produk kayu.
Dalam laporan keuangan DSNG yang dikutip Kamis 24 Februari, perseroan membukukan kenaikan penjualan 6,7 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp7,12 triliun sepanjang 2021 dari 2020 sebesar Rp6,65 triliun.
Profitabilitas perusahaan pun turut terkerek. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 52,56 persen YoY dari Rp476,63 miliar pada 2020.
Faktor pendorong utama kenaikan laba adalah peningkatan kinerja yang signifikan dalam segmen usaha produk kayu dan naiknya harga jual crude palm oil (CPO) kendati volumenya turun 15 persen menjadi 545.000 ton.
Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengungkapkan penjualan segmen produk kayu pada 2021 naik 34 persen YoY menjadi Rp1,3 triliun.
"Peningkatan volume penjualan maupun harga jual rata-rata produk kayu terutama didorong oleh pulihnya permintaan dari pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis 24 Februari.
Sementara itu, lanjut Andrianto, segmen usaha kelapa sawit memberikan kontribusi pendapatan pada 2021 sebesar Rp5,8 triliun, naik 2 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
BACA JUGA:
Peningkatan pendapatan segmen ini lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 13 persen menjadi Rp9,2 juta per ton karena tergerus oleh penurunan volume penjualan CPO.
Saat ini, DSNG memiliki perkebunan kelapa sawit dengan lahan tertanam 112.600 hektare dan 12 pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas 615 ton per jam yang mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi CPO.
Di segmen usaha produk kayu, perseroan memiliki pabrik pengolahan kayu di Jawa Tengah, yang memproduksi panel dan engineered flooring.
Hingga akhir 2021, total aset DSNG tercatat sebesar Rp13,71 triliun. Adapun total liabilitasnya turun 16 persen menjadi Rp6,7 triliun dengan debt to equity ratio (DER) 0,76 kali.