Indonesia Janjikan G20 Notes dalam Presidensi 2022: Upaya Selesaikan Isu Inflasi Global Akibat Pandemi
Batu bara adalah salah satu komoditas andalan RI yang kini tengah di buru oleh sejumlah negara Eropa guna mengamankan stok energi jelang musim dingin (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia (BI) menyatakan komitmen untuk membantu menyelesaikan isu inflasi global dalam Presidensi G20 periode 2022. Hal itu disampaikan langsung oleh Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam sebuah webinar hari ini.

Menurut dia, Indonesia akan memimpin pembahasan inflasi dunia seiring dengan kenaikan harga sejumlah komoditas di era pendemi COVID-19.

“Ini adalah bentuk scarring issues yang menjadi penyebab di belakang cerita tekanan inflasi akhir-akhir ini,” ujarnya, Senin, 6 Desember.

Dody menjelaskan, secara sederhana permintaan beberapa komoditas yang tinggi di era pemulihan tidak dapat dipenuhi oleh sisi produksi. Inilah yang kemudian menjadikan harga melambung dan berimbas pada terkereknya laju inflasi.

“Benar bahwa ada demand yang naik, tapi jangan kemudian menyalahkan demand karena demand ini baru bergerak naik setelah kemarin pada awal pandemi permintaan sangat minim. Sekarang (permintaan) sudah mulai, dan ternyata inflasi terjadi ketika produksinya tidak bisa menutup kebutuhan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Dody kemudian mengkaji dari sisi penawaran atau suplai yang mungkin bisa menjadi solusi untuk menstabilkan level inflasi.

“Apakah kita harus meng-address masalah suplainya karena masalah konteks scarring issues tadi?” ucapnya.

Oleh sebab itu, sambung Dody, inilah salah satu poin utama yang akan menjadi pokok bahasan Indonesua dalam Presidensi G20 pada sepanjang 2022 mendatang.

“Ini adalah poin-poin di jalur keuangan yang kami lihat sangat direspon oleh seluruh anggota G20 dan menjadi perhatian mereka. Kita akan membangun kerja sama dan nanti kita akan keluar dengan yang namanya sebagai G20 Notes, tentang bagaimana strategi exit policy. Lalu, kita juga akan coba menyelesaikan masalah dari konteks supply and demand untuk upaya pemulihan ekonomi bersama,” tutup Dody.