Adaro Energy Milik Konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir Raup Pendapatan Rp36,7 Triliun dan Laba Rp6,01 Triliun di Kuartal III 2021
Konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir. (Foto: Dok. Forbes)

Bagikan:

JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan pertumbuhan kinerja di sembilan bulan pertama tahun ini. Perusahaan milik konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir ini merasakan "nikmat" dari peningkatan harga jual batu bara.

Dalam laporan keuangan Adaro, dikutip Kamis 2 Desember, ADRO membukukan pendapatan usaha 2,57 miliar dolar AS atau sekitar Rp36,7 triliun di kuartal III 2021. Pendapatan ADRO naik 31 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 1,95 miliar dolar AS per September 2020.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan peningkatan pendapatan perseroan terutama berasal dari peningkatan rata-rata harga jual batu bara (ASP) sebesar 42 persen yoy. Dari sisi operasional, ADRO memproduksi hampir 40 juta ton batu bara, turun 4 persen yoy, sedangkan penjualan 38,86 juta ton, turun 5 persen yoy.

"Peningkatan harga jual batu bara menopang pendapatan Adaro," ujar kakak Erick Thohir ini dalam keterangan resmi, dikutip Kamis 2 Desember.

Adaro mencatat peningkatan profitabilitas berkat kondisi pasar batu bara yang lebih baik. ADRO juga mempertahankan operasi yang kuat dan efisien serta berfokus pada keunggulan operasional. EBITDA operasional ADRO mencapai 1,15 miliar dolar AS per September 2021, naik 70 persen yoy dari sebelumnya 676 juta dolar AS.

Garibaldi pun merevisi target EBITDA operasional ADRO sampai akhir 2021 di kisaran 1,75 miliar-1,9 miliar dolar AS. Sebelumnya, ADRO menargetkan EBITDA operasional pada 2021 di rentang 750 juta-900 juta dolar AS.

Sementara itu, Adaro mencatatkan laba bersih 420,9 juta dolar AS per September 2021 atau setara Rp6,01 triliun. Laba bersih tersebut naik 284,81 persen yoy dari sebelumnya 109,38 juta dolar AS.

Adapun, laba inti naik 98 persen menjadi 644 juta dari sebelumnya 326 juta dolar AS per September 2020. Laba inti dihitung tanpa memasukkan komponen non operasional setelah pajak, yang di antaranya meliputi rugi derivatif instrumen keuangan, rugi penurunan nilai pinjaman kepada pihak terafiliasi, rugi penurunan nilai aset tetap, dan rugi penurunan nilai investasi pada perusahaan patungan yang terkait dengan investasi pada aset batu bara CV (nilai kalori) rendah di Kalimantan Timur.

Total aset ADRO per September 2021 mencapai 7,12 miliar dolar AS, naik dari akhir 2020 senilai 6,38 miliar dolar AS. Aset terdiri atas ekuitas 4,32 miliar dolar AS dan liabilitas 2,79 miliar dolar AS.