Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan beberapa persyaratan bagi startup yang akan mendapatkan pendanaan melalui Merah Putih Fund. Seperti diketahui pemerintah akan meluncurkan pendanaan bagi startup Indonesia pada pertengahan Desember mendatang melalui Merah Putih Fund.

Sekadar informasi program Merah Putih Fund bertujuan untuk mendanai, mendampingi dan mengambil alih soonicorn, dan unicorn di Indonesia.

Lalu apa saja persyaratannya?

Pertama, kata Erick, founder startup tersebut harus merupakan warga negara Indonesia (WNI). Kemudian, operasional perusahaannya juga harus ada di Indonesia. Karena itu, Erick meminta untuk tidak berbohong mengenai persyaratan tersebut.

"Tetapi jangan dibohongi. Founder-nya harus orang Indonesia, operasional perusahaannya di Indonesia dan harus go public di Indonesia. Habis itu go public di luar negeri boleh. Tapi go public di Indonesia duluan," tuturnya dalam acara Orasi Ilmiah Strategi BUMN Pascapandemi, dikutip Senin, 29 November.

Alasan adanya pendanaan tersebut, kata Erick, karena startup di Indonesia banyak yang pindah tangan ke negara lain, seperti Singapura. Karena itu, menurut Erick, BUMN harus melakukan intervensi untuk menjaganya.

Lebih lanjut, Erick mengaku tak salah jika ada startup yang mendapat funding atau pendanaan dari luar negeri. Namun, ia hanya ingin pengusaha Indonesia untuk lebih mencintai negaranya.

"Di situlah kita mengintervensi sebagai BUMN, supaya meninggalkan future creator Indonesia, future businessman Indonesia untuk lebih nasionalis. Karena kita besar karena market kita bukan sekadar uang. Kita akan lakukan intervensi di digitalisasi," tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Erick pun mengaku ingin generasi muda tidak konsumtif terhadap produk-produk dari negara lain, tetapi juga produktif. Apalagi, peluang Indonesia menjadi pop culture country sangat besar.

"Generasi muda ke depan makin banyak populasinya, saya tekankan generasi muda jangan hanya konsumtif tapi juga produktif. Dan Ini kesempatan kita untuk menjadi pop culture country. Tapi pop culture country bisa hidup kalau generasi muda komitmen untuk membeli produknya, harus ada keberpihakan," katanya.