Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan bahwa perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer bakal berinvestasi di sejumlah sektor, khususnya yang berkaitan dengan bidang penanganan pandemi COVID-19.

Lebih lanjut, Luhut mengaku telah melakukan penjajakan ke Pfizer dan Merck, yang saat ini telah memproduksi COVID-19.

"Tadi pagi saya bicara dengan Pfizer. Empat hari yang lalu dengan Merck. Mereka ternyata mau masuk ke Indonesia. Selama ini mereka katakan, 'Ya kita sulit'. Makanya saya dengan Pak Budi (Menteri Kesehatan) sampaikan agar mereka Pfizer pokoknya taruh sini saja. Kami sepakat ada beberapa bidang teknologi Pfizer akan masuk ke Indonesia," katanya dalam diskusi virtual, dikutip Kamis, 18 November.

Luhut berharap Mulai tahun depan sudah akan ada sejumlah industri yang dikembangkan di dalam negeri. Khususnya berkaitan dengan penanganan pandemi COVID-19.

"Kita harap mulai tahun depan akan ada industri-industri dari Pfizer lebih banyak di Indonesia," ucapnya.

Sekadar informasi, Pfizer sendiri hadir di Indonesia sejak 1969 silam, hingga kemudian meresmikan fasilitas pabrik pertamanya pada 1971. Saat ini, Pfizer Indonesia mengoperasikan fasilitas manufaktur yang memproduksi beragam jenis obat medis untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia bertemu dengan perusahaan produsen farmasi Merck dan Pfizer di Amerika Serikat. Pertemuan tersebut diwakili oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut binsar Panjaitan serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Di sana, mereka membujuk kedua produsen Farmasi tersebut agar mau membangun pabrik di Indonesia.

Langkah tersebut sebagai upaya pemerintah agar Indonesia tidak lagi menjadi negara importir lantaran bahan baku obat-obatan selalu didatangkan dari luar.

Alasannya, karena Indonesia selama ini bergantung bahan baku obat-obatan, hal ini justru menyebabkan kendala seperti sulitnya mencari obat yang mengandung parasetamol. Sebab, India sebagai negara yang men-supply menutup akses imbas pandemi COVID-19. Padahal, obat tersebut sangat dibutuhkan.

Akibat pengalaman pahit itulah, akhirnya Luhut meminta kepada para importir menyudahinya dan mendorong investasi untuk membangun negeri.