JAKARTA - Pemerintah Jepang bersiap untuk menawarkan vaksinasi COVID-19 kepada sekitar 2.500 atlet Olimpiade-Paralimpiade serta staf pendukung. Hal tersebut di tengah kemarahan warga dan penekanan agar Olimpiade dibatalkan.
Mengutip Reuters, dengan waktu kurang dari tiga bulan hingga Olimpiade dimulai, Jepang sedang berjuang untuk menahan lonjakan kasus COVID-19. Hanya sekitar 2,6 persen dari populasi Jepang yang telah divaksinasi pada saat ini.
Laporan bulan lalu menyatakan bahwa atlet akan diprioritaskan memicu kemarahan di media sosial. Wakil presiden IOC, John Coates, mengatakan bahwa meskipun sentimen Jepang tentang Olimpiade "mengkhawatirkan", dia tidak dapat meramalkan bagaimana jadinya jika skenario terburuk yang ia pilih adalah pesta olahraga ini tidak dilanjutkan.
“Perdana menteri Jepang mengatakan itu kepada presiden Amerika Serikat dua atau tiga minggu lalu. Dia terus mengatakan itu ke IOC,” kata Coates.
Pada Senin 10 Mei, Perdana Menteri (PM) Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan IOC akan mengambil keputusan akhir. Ia bersikeras bahwa pemerintahnya tidak memprioritaskan Olimpiade daripada kesehatan masyarakat.
Ditanya dalam rapat komite parlemen apakah Olimpiade akan berlanjut meski kasus COVID-19 melonjak, Suga menjawab, "Saya tidak pernah mengutamakan Olimpiade."
Dia menambahkan, “Prioritas saya adalah melindungi kehidupan dan kesehatan penduduk Jepang. Pertama-tama kita harus mencegah penyebaran virus."
Menyiapkan vaksin
Terlepas dari setuju atau tidaknya penyelenggaraan Olimpiade, Pfizer Inc dan mitranya dari Jerman, BioNTech SE, mengatakan mereka akan mendonasikan vaksin COVID-19 melalui Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk membantu atlet dan delegasi mereka yang berpartisipasi di Olimpiade dan Paralimpiade.
Pejabat di Komite Olimpiade Jepang dan komite Paralimpiade Jepang mengatakan bahwa mereka saat ini menanyakan setiap federasi atletik berapa banyak orang yang ingin divaksinasi dan kapan ini harus dilakukan.
"Pejabat kami mengatakan kami akan memastikan bahwa kami tidak menimbulkan masalah bagi seluruh penduduk," kata Miho Kuroda di Komite Paralimpiade Jepang.
Sebuah laporan di harian Yomiuri Shimbun mengatakan vaksinasi bisa dimulai paling cepat Juni. Tetapi para pejabat mengatakan waktunya, serta rincian lainnya, seperti siapa yang akan memberikan suntikan, masih belum jelas
Peraturan Jepang mengatakan hanya dokter atau perawat yang dapat memberikan suntikan. Dokter gigi juga mendapat izin tersebut bulan lalu.
IOC, penyelenggara di Jepang dan pemerintah Jepang telah berulang kali berjanji bahwa Olimpiade akan berlangsung sesuai jadwal dari 23 Juli hingga 8 Agustus. Meskipun kritik tetap merajalela baik di dalam maupun luar negeri.
Di Jepang, 11.000 orang telah meninggal akibat COVID-19. Sistem medis diketahui terganggu oleh gelombang COVID-19 terbaru negara itu. Tokyo mencatat 925 kasus baru pada Selasa 11 Mei.
foto: Unsplash/Hakan Nural