JAKARTA - Lembaga survei Kedai Kopi merilis survei mereka terkait pandemi virus corona atau COVID-19 di wilayah Jabodetabek. Hasilnya dari 405 responden, hanya 12,3 persen yang melaksanakan anjuran pemerintah untuk melakukan physical distancing atau menjaga jarak demi mengurangi penularan virus tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif lembaga survei Kedai Kopi Kunto Adi Wibowo, sebanyak 34,1 persen masyarakat di Jabodetabek tahu jika di sekitar mereka ada orang yang berstatus sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan pasien positif COVID-19.
Hanya saja, ketika ditanya soal upaya penting yang sudah mereka lakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut, baru 32,6 persen masyarakat yang rutin melakukan cuci tangan dan 25,7 masyarakat tetap memilih di rumah.
"Sedangkan yang memilih menggunakan masker terdapat 25,4 persen dan yang melakukan physical distancing atau menjaga jarak hanya 12,3 persen. ... Menurut saya kampanye cuci tangan pakai sabun dan di rumah saja belum cukup mempengaruhi perilaku masyarakat di Jabodetabek," kata Adi dalam diskusi yang dilakukan secara daring yang ditayangkan di YouTube, Rabu, 22 April.
Survei yang dilaksanakan pada 14-19 April ini mencatat, masih ada responden sebesar 2,28 persen yang percaya terhadap mitos jika orang Indonesia kebal dengan virus corona di wilayah Jabodetabek. Angka itu berkurang drastis dari survei sebelumnya. Menurut Kunto, survei yang dilaksanakan pada 3-4 Maret lalu mencatat sebanyak 4,29 responden percaya akan mitos tersebut.
Sementara terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat di wilayah Jabodetabek menyebut kebijakan ini efektif. Pembatasan transportasi dan penutupan fasilitas umum dianggap sebagai penerapan PSBB yang paling efektif.
Selanjutnya, kegiatan PSBB untuk membatasi kegiatan keagamaan dianggap oleh warga Jabodetabek sebagai pembatasan yang paling tidak efektif.
BACA JUGA:
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih menyayangkan masih rendahnya angka partisipasi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan tersebut.
Menurut dia, agar masyarakat tertib melaksanakan tindak pencegahan COVID-19 dan menjalankan aturan PSBB harusnya perlu diawasi oleh aparat penegak hukum. Sebab terbukti dari survei, tanpa pengawasan, angka masyarakat yang peduli mencegah tidaklah tinggi.
"PSBB ini rasanya kalau diserahkan ke pemahaman masyarakat rendah sekali. 20 persen cuci tangan, stay at home 20 persen. Sedih sekali kalau hanya diserahkan pemahamannya ke masyarakat. PSBB harus dengan pendispilinan, enggak bisa hanya mengandalkan partisipasi masyarakat," kata Daeng dalam diskusi tersebut.
Berkaitan soal pentingnya physical distancing dan mencuci tangan, pemerintah melalui juru bicaranya, Achmad Yurianto selalu mengingatkan hal ini di setiap menyampaikan informasi mengenai jumlah kasus COVID-19.
"Penyakit COVID-19 ini menular melalui percikan ludah atau droplet yang keluar dari yang sakit saat dia berbicara, batuk, atau bersin. Itu menjangkau jarak sekitar satu hingga 1,5 meter. Lebih gampangnya minimal harus berjarak dua meter. Nah, dua meter ini yang harus dijaga," kata Yurianto beberapa waktu lalu.
Bukan hanya jaga jarak, Yurianto menyampaikan agar masyarakat rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Selain itu, menggunakan masker kain jika berpergian adalah sebuah keharusan.
Masker, kata Yuri, bukan hanya melindungi penggunanya dari penyebaran droplet atau cairan tubuh yang bisa menyebarkan COVID-19 tapi juga bisa melindungi orang lain di sekitar penggunanya. Apalagi, belakangan banyak orang yang terjangkit virus ini tapi tidak menunjukkan gejala apapun sehingga disebut Orang Tanpa Gejala (OTG).
"Maskerku melindungi kamu, maskermu melindungi aku. Sekali lagi ini yang harus kita lakukan. Maskerku melindungi kamu, dan masker mu melindungi aku," ungkapnya.
"Pastikan kita tidak tertular dan tidak menulari. Mari kita sebarluaskan dan laksanakan penggunaan masker," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, hingga Rabu, 22 April jumlah Terjadi penambahan kasus konfirmasi positif sebanyak 283 pasien hari ini. Total pasien positif sampai hari ini mencapai 7.418 kasus.
Meski begitu, ada kabar baik yang diterima. Jumlah kasus sembuh kian mengungguli kasus meninggal. Ada penambahan sebanyak 71 pasien sembuh, sehingga total menjadi 913 pasien. Sementara, pasiem meninggal 19 orang, sehingga menjadi 635 pasien.
Sebaran pasien sembuh terbanyak adalah di DKI dengan jumlah 322 orang, Jawa Timur 101 orang, Sulawesi Selatan 75 orang, Jawa Barat 79 orang, Jawa Tengah 54 orang.
Penambahan jumlah juga terjadi pada data pasien dalam pengawasan (PDP) dengan total keseluruhan mencapai 17.754 orang. Sedangkan, kasus orang dalam pemantauan (ODP) bertambah menjadi 193.571.