Bagikan:

JAKARTA – Ketika masyarakat Indonesia nyaris berhenti mengharapkan tambahan medali di Olimpiade Paris 2024, Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah tampil membanggakan. Mereka mencatat sejarah dengan menyumbang emas perdana untuk cabang olahraga panjat tebing dan angkat besi.

Wajar jika publik kecewa saat bulu tangkis, cabang olahraga kebanggaan Tanah Air, hanya mampu menyumbang perunggu lewat tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung. Pasalnya, Indonesia hampir tidak pernah absen dalam perolehan medali Olimpiade di cabang olahraga ini. Hanya pada 2012 saja atlet-atlet bulu tangkis gagal menyumbang medali untuk Indonesia.

Namun kekecewaan tersebut terobati berkat pencapaian Veddriq dan Rizki, yang tak disangka-sangka mampu mengibarkan bendera Merah Putih pada penampilan perdana mereka di Olimpiade.

Tak Mengulang Skenario Buruk

Skenario buruk mengulang momen pahit 2012 ketika Indonesia Raya sama sekali tak berkumandang di London akhirnya tidak terjadi. Rentang 12 tahun lalu di London, Indonesia tak mampu membawa pulang medali emas, melainkan hanya dua perak dari Triyatno dan Citra Febrianti, serta perunggu yang dipersembahkan Eko Yuli Irawan.

Saat itu bulu tangkis yang menjadi andalan malah nirmedali di Negeri Elizabeth. Kenangan tak mengenakkan ketika Indonesia tak mampu membawa pulang emas Olimpiade terbayang-bayang ketika para atlet bulu tangkis berguguran sebelum final untuk memperebutkan medali emas.

Namun mimpi buruk itu tak terulang berkat hasil impresif yang dicapai dua atlet debutan, Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah masing-masing dari cabang olahraga panjat tebing dan angkat besi.

Tak tanggung-tanggung, dalam waktu kurang dari 24 jam Merah Putih berkibar dua kali.

Atlet panjat tebing Veddriq Leonardo mempersembahkan emas perdana untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024 usai mengalahkan Wu Peng di final, Kamis (8/8/2024) sore WIB. (X)

Pertama berkat sukses Veddriq yang tampil di nomor speed putra mengalahkan Wu Peng pada babak final, Kamis (8/8/2024) sore WIB. Kemudian disusul atlet muda Rizki Juniansyah yang turun di nomor 73 kg. Rizki berhasil mempersembahkan emas dengan angkatan total 354 kg.

Raihan dua medali ini sekaligus menjadi sejarah. Pertama, Indonesia untuk pertama kalinya ikut bertanding di panjat tebing, meski cabang olahraga ini sudah mulai dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 2020, ketika hanya nomor kombinasi yang dipertandingkan.

Selain menjadi cabang olahraga kedua yang mempersembahkan medali emas, panjat tebing juga menjadi cabang olahraga keempat yang mempersembahkan medali untuk Indonesia di Olimpiade, setelah panahan, bulu tangkis, dan angkat besi.

Catatan manis juga ditorehkan cabang olahraga angkat besi. Sebelum berlaga di Olimpiade 2024, angkat besi memang sudah mempersembahkan 15 medali dari total 37 medali yang diraih Indonesia.

Namun, belum satu pun medali emas didapatkan cabang olahraga satu ini. Sampai akhirnya Rizki Juniansyah menorehkan tinta emas sebagai atlet pertama yang memperoleh emas dari cabang angkat besi untuk Indonesia.

Selain itu, lifter 21 tahun ini sekaligus mencatatkan namanya sebagai pemenang Olympic Record untuk clean and jerk dengan angkatan 199 kg.

"Awalnya sempat nervous. Tapi alhamdulillah bisa cetak sejarah di Olimpiade. Saya berharap medali emas ini untuk angkat besi Indonesia agar angkat besi dan pelatnas bisa lebih baik lagi," ucap Rizki Juniansyah usai pertandingan.

Berlomba Jadi 'Rizki' Lain

Sukses Veddriq dan Rizki su`dah jelas menyita perhatian. Emas dari keduanya menjadi bukti bahwa Indonesia mampu merebut emas di cabang olahraga non-bulutangkis, yang memang sudah langganan sejak cabang olahraga ini dipertandingkan di Olimpiade untuk pertama kali pada 1992 di Barcelona.

Ir Hadi Wihardja OLY selaku anggota Komisi Riset dan Kepelatihan Federasi Angkat Besi Asia (AWF) mengaku bangga atas pencapaian Rizki yang mengukir sejarah di Paris 2024. Tapi di satu sisi, ia menyebut ini bisa menjadi beban ke depannya.

“Sebetulnya pencapaian ini ‘beban’ untuk ke depannya. Sekarang pasti semua orang mau menjadi ‘rizki-rizki lainnya’. Di satu sisi ini memang menjadi modal, tapi harus dibarengi kepelatihan yang tajam,” kata Hadi kepada VOI.

“Ini menjadi beban untuk menciptakan medali lagi, saat ini di kelas 73 kg kalau bicara level dunia, hanya ada dua yang potensial, selebihnya masih level Asia,” imbuhnya.

Untuk itu, Hadi menegaskan pentingnya kerja sama seluruh stakeholder untuk menciptakan Eko Yulianto dan Rizki Juniansyah lain agar prestasi angkat besi Indonesia bisa diperhitungkan di kancah dunia secara konsisten.

Lifter Indonesia Rizki Juniansyah mencium barbel usai melakukan angkatan clean and jerk dalam kelas 73 kg putra Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024). (ANTARA/Wahyu Putro A/app/pras)

“Mengedukasi 83 pelatih dan pentingnya pembinaan jangka panjang. Tidak ada pilihan lain untuk terus mengukir prestasi angkat besi di level dunia,” ucap Hadi.

Selain itu, ia juga mendorong agar kegiataan kejuaraan level usia 12-14, 15-17, 18-19 dan senior terus ditingkatkan. Hadi optimistis dengan kolaborasi pembinaan usia muda, kejuaraan di berbagai level, dan meningkatkan kualitas pelatih maka tradisi medali Olimpiade dari cabang olahraga angkat besi.

“Apalagi jika di Olimpiade 2028 bisa kembali menjadi 14 kelas, saya yakin akan bertambah lagi pundi-pundi medali Indonesia,” kata Hadi menyudahi.

Untuk saat ini, dua emas yang diperoleh Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah patut kita rayakan. Tapi ke depan, segudang pekerjaan rumah menanti supaya tradisi emas bagi Indonesia di Olimpiade tidak putus.