Benarkah Debat Capres Bakal Pengaruhi Pemilih Bimbang?
Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo dalam debat perdana Capres dan Cawapres 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023). (Antara/Galih Pradipta/YU)

Bagikan:

JAKARTA – Debat Capres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) disebut punya peran penting untuk menarik pemilih. Namun pendapat lain mengatakan debat Capres tidak lebih dari sekadar penyampaian visi misi para kandidat.

KPU memulai rangkaian debat Capres pada Selasa (12/12/2023) yang dihadiri tiga calon presiden, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Masing-masing Capres diberi waktu empat menit untuk memaparkan visi dan misi mereka pada Pilpres 2024.

Sejumlah petugas KPU melakukan sosialisasi Pemilu 2024 saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (26/11/2023). (Antara/Rifqi Raihan Firdaus/foc/aa)

Dalam debat perdana ini KPU mengusung topik hukum, HAM, pemerintahan, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, dan kerukukunan warga.

Debat Capres, yang disiarkan secara langsung di hampir semua stasiun televisi nasional, disebut bisa menjadi acuan bagi para calon pemilih menjelang masa pencoblosan pada 14 Februari 2024 mendatang.

Pengaruhi Undecided Voters 

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad mengatakan, debat perdana semalam memiliki peran penting untuk menarik basis pemilih, utamanya mereka yang disebut undecided voters atau pemilih bimbang.

Berdasarkan jajak pendapat Litbang Kompas Desember 2023, elektabilitas Capres dan Cawapres nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menempati urutan pertama. Mereka mendapat elektabilitas 39,3 persen berdasarkan survei yang berlangsung pada 29 November sampai 4 Desember tersebut.

Di urutan kedua pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 16,7 persen sementara Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di posisi buncit dengan 15,3 persen.

Artinya, masih ada kurang lebih 28,7 persen responden yang masih belum menentukan pilihan maupun merahasiakan pilihan mereka.

Sejumlah pendukung Capres-Cawapres Prabowo-Gibran nonton bareng debat antar Calon Presiden (Capres) di Denpasar, Bali, Selasa malam (12/12/2023). (Antara/Nyoman Hendra Wibowo)

"Belum lagi dengan undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan, itu juga di beberapa data survei juga cukup besar," ucap Nyarwi dikutip dari Youtube Kompas.com.

“Kalau kita lihat kondisi itu, debat ini berpengaruh besar sekali menjadi perhatian pemilih,” Nyarwi menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama Nyarwi mengatakan rangkaian debat Pilpres 2024 ini memiliki dua fungsi penting. Pertama, untuk menyampaikan materi penting dalam kampanye. Kedua, pemilih juga jadi punya kesempatan untuk menguji seberapa besar kualitas, kompetensi, komitmen, solusi, dan hal-hal nyata yang bisa dia lakukan.

Adu Gagasan Hanya Retorika

Namun kenyataannya, masyarakat Indonesia sepertinya sudah kenyang dengan janji-janji para Capres yang dipertontonkan di ajang debat. Penjabaran segala gagasan di ajang debat dianggap hanya retorika semata.

Karena itulah, menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad, debat Capres tidak akan memengaruhi calon pemilih. Apalagi menurut dia, debat Capres bukan tontotan untuk semua kalangan.

“Debat Capres sebenarnya tidak terlalu berpengaruh ke elektabilitas maupun calon pemilih, karena ditonton oleh sebagian kecil masyarakat. Biasanya kaum terpelajar saja yang menonton sementara masyarakat bawah tidak mengetahui, bahkan mungkin tidak mau tahu,” jelas Andriadi kepada VOI.

“Debat Capres ini untuk membedakan kemampuan para kandidat berkomunikasi, tapi sebenarnya tidak memberi dampak besar,” imbuhnya.

Sejumlah petugas pengamanan KPU berjaga di depan area debat Capres-Cawapres 2024, Selasa (12/2/2023). (Antara/Asprilla Dwi Adha/aww)

Hal-hal yang mempengaruhi elektabilitas, menurut Andriadi justru aksi nyata para Capres dan Cawapres di masa kampanye. Pria asal Bengkulu ini juga tidak sepenuhnya sepakat dengan anggapan bahwa debat Capres bisa membuat undecided voters akhirnya menentukan pilihan.

“Yang mempengaruhi elektabilitas naik atau turun adalah ketika turun ke lapangan. Visi misi yang diungkapkan selama debat tidak pengaruh kalau di lapangan tidak gerak,” kata dia.

Pada acara debat Capres pertama, Anies Baswedan dinilai sebagai sosok yang paling bersinar. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga menyampaikan visi misinya dengan tenang, bahkan ketika menjawab pertanyaan para panelis.

Kepiawaian Anies dalam beretorika disebut lebih unggul dari dua pesaingnya, Prabowo dan Ganjar. Ia juga berkali-kali terlibat debat panas dengan Prabowo, salah satunya ketika membahas demokrasi di Indonesia.

Tapi Andriadi menilai, ‘kemenangan’ dalam debat Capres bukan menjadi satu-satunya acuan di Pilpres mendatang. Ia berkaca pada pengalaman debat Capres edisi 2014 dan 2019 di mana Prabowo Subianto dianggap unggul ketimbang lawan-lawan politiknya, termasuk Joko Widodo tapi saat Pilpres yang terjadi justru sebaliknya.

“Anies Baswedan memang terlihat paling menguasai, bisa dikatakan pemenang debat ini adalah Anies. Visi dan misi yang ia paparkan bagus,” tutur Andriadi.

“Namun sekali lagi, debat Capres kecil bahkan tidak ada pengaruhnya untuk calon pemilih,” ujar Andriadi menandaskan.