Karena Masker Tak Cukup Lindungi Operasional Ojol dari Sebaran COVID-19
Ilustrasi foto (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Di Depok, Jawa Barat, dua orang terkonfirmasi mengidap COVID-19. Pada siang yang sama di Rumah Sakit Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, saya tengah menunggu seorang sopir Grab yang mengantar makanan. Pikiran saya langsung menerawang banyak hal buruk, apalagi saat makanan datang dan melihat sang sopir yang tak terlindungi sama sekali. Apa kabar makanan saya?

Deputy Director of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Reinata Munusamy menjelaskan, pihaknya melakukan pengawasan dan meningkatkan kesiapan untuk melindungi pengemudi dan para pelanggan dari penularan COVID-19. Cara yang dilakukan Grab adalah meningkatkan edukasi kepada pengemudi dan pelanggan. Grab sadar, layanannya berpotensi jadi salah satu medium penyebaran paling luas.

"Grab yakin, dengan memberikan edukasi bagi para mitra dan pelanggan setia secara bersama-sama, dengan banyak pihak bisa secara bertanggung jawab melakukan tindakan preventif penyebaran COVID-19 di Indonesia," tertulis dalam keterangan resmi Grab Indonesia, Senin, 2 Maret.

Ilustrasi foto (Irfan Meidianto/VOI)

Selain edukasi, Grab juga mempersiapkan sejumlah prosedur jika ada pengemudi yang jadi suspect COVID-19. Untuk langkah preventif yang spesifik, Grab akan membagikan masker kepada mitra pengemudi secara merata di Grab Bike Lounge Daan Mogot, Kebayoran Lama, dan TB Simatupang dengan jumlah 1.700 di tiap-tiap lounge.

Alim, pengemudi ojol yang mengantar makanan untuk saya membenarkan edukasi yang dimaksud Tirza Reinata. Ia juga mengamini kabar penyediaan masker di beberapa Grab Lounge. Namun, Alim sendiri belum memanfaatkan kebijakan itu. "Sudah dari lama (edukasi). Kalau masker itu kan memang ada katanya. Saya juga baru tahu kalau (pembagian masker) yang corona ini," tutur Alim.

Tak cukup

Sayang, langkah itu rasanya belum cukup. Alim pasti bukan satu-satunya pengemudi yang abai. Artinya, sosialisasi dan edukasi lebih masif perlu dilakukan. Meski begitu, Alim tahu, penggunaan masker tanpa sarung tangan akan jadi risiko juga bagi mereka. Apa yang diungkap Alim masuk akal. Masker nyatanya bukan kunci mencegah sebaran virus.

Berkaca pada kasus COVID-19 di Depok, otoritas menjelaskan, ibu 61 tahun dan anaknya yang berusia 31 tahun tertular COVID-19 yang berasal dari seorang warga negara Jepang. Penularan pertama terjadi pada sang anak yang berdansa dengan si warga Jepang pada 14 Februari lalu. Setelahnya, ia mengalami batuk berkepanjangan hingga akhirnya dinyatakan positif COVID-19 pada 28 Februari.

"Kemudian, tanggal 26, dia minta dirawat sajalah, kok batuknya enggak hilang-hilang, sesak, dan agak demam dikit. Kemudian dirawat," tutur Terawan di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Senin, 2 Maret.

COVID-19 adalah penyakit yang menular lewat cairan tubuh, bukan melalui udara. Spesialis pencegahan infeksi dan profesor kedokteran dan epidemologi Fakultas Kedokteran Universitas Iowa, Amerika Serikat (AS), Eli Perencevich bahkan menyebut seseorang sejatinya tak membutuhkan masker untuk melindungi diri mereka dari penularan. Meningkatkan frekuensi cuci tangan justru jadi kunci.

Ilustrasi foto (Irfan Meidianto/VOI

Pun jika ada yang harus menggunakan masker, Perencevich mengatakan, itu adalah mereka yang menderita penyakit. Artinya, jika dirimu merasakan gejala COVID-19 seperti flu atau demam, saat itulah kamu harus mulai mengenakan masker untuk melindungi orang di sekitarmu. Penggunaan masker pada orang yang sehat, menurut Perencevich justru menambah risiko penularan.

"Tidak ada bukti bahwa memakai masker pada orang sehat akan melindungi mereka. Mereka memakainya secara salah, dan mereka dapat meningkatkan risiko infeksi karena mereka lebih sering menyentuh wajah mereka ... Satu-satunya saat Anda perlu mengenakan masker adalah jika Anda sakit dan Anda harus meninggalkan rumah," kata Perencevich, dikutip dari Forbes.

Kami coba menghubungi pihak Grab dan GoJek terkait langkah preventif lebih rinci, terutama terkait penyediaan sarung tangan bagi pengemudi. Sayang, hingga berita ini ditulis, Grab atau pun GoJek belum merespons pertanyaan yang kami ajukan.