JAKARTA - Love at first sight atau jatuh cinta pada pandangan pertama. Bicara soal jatuh cinta, lazimnya terjadi antara pria dan wanita atau singkatnya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
Tapi jika ditarik lebih luas perasaan cinta ini tidak hanya hubungan antara pria dan wanita. Mencintai dan dicintai bukanlah sebuah perasaan yang hanya boleh dimiliki sepasang kekasih atau hubungan suami istri. Mencintai atau perasaan sayang tentu sangat boleh, bahkan harus, ada dalam berbagai hubungan seperti orangtua dan anak atau pertemanan.
Rasa cinta ini erat kaitannya dengan chemistry alias perasaan ngeklik, nyambung, cocok dengan pasangan kita. Banyak yang berujar bahwa chemistry itu sangat penting dalam langgengnya sebuah hubungan.
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa membahas soal chemistry ini saat disinggung soal alasannya mendukung kader PDIP Ganjar Pranowo menjelang Pilpres 2024. Meski belum ada deklarasi resmi dari PDIP, nama pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini belakangan santer dikaitkan sebagai bakal Cawapres untuk Ganjar sebagai Capres dari PDIP dalam Pemilu tahun depan. Isu tersebut seolah diperkuat dengan kehadiran Andika Perkasa yang menemani Ganjar dalam acara relawan di Kawasan Ancol, Jakarta Utara, Minggu (30/7/2023).
Melihat latar belakang Andika Perkasa di TNI tentu agak mengherankan mengapa dia justru mendukung Ganjar sebagai Capres di Pemilu 2024. Padahal di antara tiga nama yang sudah mendeklarasikan akan bertarung tahun depan ada Prabowo Subianto, yang merupakan seniornya di TNI.
Tapi Andika Perkasa mengaku keputusannya memilih Ganjar Pranowo sebagai capres yang bakal didukungnya pada pesta rakyat di 2024 karena masalah hati.
“Menurut saya ini hanya soal di mana rasa klik kita, chemistry kita. Kita bisa bekerja dengan siapa saja, pemilihan presiden ini kan dalam rangka memilih, begitu nanti salah satu jadi presiden, tidak menutup kemungkinan tiga orang ini kemudian bekerja sama lagi. Jadi menurut saya kita tetap harus bisa bekerja sama dengan semua,” ujar Andika saat berbincang dengan VOI, Selasa 1 Agustus 2023.
“Dengan Pak Anies saya pernah bertemu beberapa kali, kami bekerja sama saat COVID-19 meski tidak bertemu langsung, dengan Prabowo satu korps. Tapi soal klik itu ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, jadi saya merasa lebih pas saja.
“Ini tentang cocok-cocokan, soal apakah sejalan dengan hati nurani kita. Semua partai politik memunyai dasar yang sama, sehingga relatif mereka punya tujuan yang sama. Tapi lagi-lagi, ada yang lebih pas,” ujar Andika menambahkan, soal keputusannya bergabung dengan PDIP saat memutuskan berkecimpung ke dunia politik.
Jangan Anggap Enteng Chemistry
Chemistry memang bukan sebuah perasaan yang mudah dideskripsikan dengan kata-kata. Mungkin hanya Andika Perkasa yang tahu mengapa dia merasa begitu nyambung, begitu cocok dengan Ganjar Pranowo padahal usia pertemanan mereka belum begitu lama. Diakui pria kelahiran 21 Desember 1964 ini, dia belum terlalu lama mengenal Ganjar. Dirinya baru sering bertemu dengan pria yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah itu sejak 2019.
Tapi mungkin jangan memandang sebelah mata masalah chemistry ini. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, chemistry adalah hal penting dalam sebuah hubungan, termasuk hubungan Capres dan Cawapres seperti yang dirasakan Andika Perkasa terhadap Ganjar Pranowo.
Chemistry adalah perasaan yang bertaut dan terkoneksi dengan orang lain. Sederhananya, chemistry adalah rasa saling terhubung satu sama lain.
Chemistry bisa menjadi modal awal, meski bukan yang paling penting, untuk membangun sebuah relasi sekrusial calon presiden dan wakil presiden Indonesia. Memasuki tahun politik, kata chemistry menjadi tren lantaran makin sering terdengar di telinga masyarakat, padahal sebelum-sebelumnya kata tersebut hanya dikaitkan dengan hubungan percintaan antara kaum adam dan hawa.
Pada Juni lalu misalnya, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengakui ada chemistry dengan Partai Demokrat. Dia mengatakan “Chemistry modal dasar yang bisa dikapitalisasi untuk sesuatu”. Lalu Sandiaga Uno, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mengatakan bahwa dirinya memiliki kecocokan dengan capres Ganjar Pranowo.
“Kami punya chemistry yang baik dan dalam minggu ini saja sudah tiga kali bertemu,” kata Sandiaga Uno kepada media di rumah mantan Bupati Bogor Rachmat Yasin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 22 Juli lalu.
Perlu Banyak Pemahaman
Lalu, apakah chemistry saja cukup untuk mengurus sebuah negara sebesar Indonesia dengan masyarakatnya yang begitu majemuk. Jawabannya tentu tidak. Andika Perkasa sendiri mengaku, politik sejatinya adalah hal baru bagi dia. Sebelum ini, dia selama empat dekade aktif di TNI dengan berbagai jabatan. Terakhir menjabat sebagai Panglima TNI ke-21 pada 17 November 2021 sampai 19 Desember 2022.
Andika Perkasa menggantikan Hadi Tjahjanto sebelum akhirnya posisi dia digantikan Laksamana Yudo Margono. Andika Perkasa merasa antusias menanti Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024 karena itu akan menjadi pengalaman pertamanya ‘nyoblos’.
“Saya baru mulai, sebetulnya saya memang ingin masuk ke politik karena itulah yang memang yang harus kita pedomani. Semua berawal dari situ, bahwa sanya orang ada yang bisa masuk pemerintahan eksekutif tanpa melalui partai politik bisa saja, eksekutif juga dipilih berdasarkan hasil pemilihan, kemudian eksekutif juga punya peranan mengurus Parpol yang ada, DPR sebagai pengawas, dan seterusnya,” kata Andika menjelaskan.
“Saya baru mulai, dan yang jelas tahun depan saya akan memberikan suara untuk pertama kalinya dalam hidup saya, setelah 59 tahun, excited,” imbuhnya.
Lalu, apa saja yang dibutuhkan seorang pemimpin dengan segala kompleksitas yang bakal dihadapi? Menurut Andika, seorang pemimpin setidaknya harus memahami geopolitik, harus memahami potensi terbesar yang ada di Indonesia. Jadi, ya memang bukan sekadar modal chemistry untuk bisa membangun negeri.
Andika merasa kehidupannya berbeda setelah dirinya pensiun dari TNI Januari lalu. Tanpa sejumlah masalah pekerjaan, beliau merasa tak ada lagi yang membebani pikiran. Namun, Andika Perkasa menegaskan tidak memasang target tinggi di dunia politik yang baru digelutinya sekarang ini, yang dianggap sebagai karier kedua setelah TNI.
“Banyak perbedaan setelah pensiun, khususnya purna beban. Yang hilang beban, waktu itu selalu dihadapkan pada target, target, masalah dan masalah. Sekarang semua bisa dilihat dari wajah saya,” tutur Andika sambil tertawa.
“Sama sekali tidak. Ini second career, karier utama saya saya lalui selama 40 tahun, karier kedua pun saya lihatnya sebuah jangka panjang. Bagi saya ini awal dari perjalanan karier kedua yang akan panjang.
“Soal Cawapres ini kan belum resmi, dan saya sadar diri. Ini bukan soal target karena memang sejak awal saya hanya ingin memberikan suara, terlepas dari peran apa. Jadi tidak ada beban sama sekali.”