Bagikan:

JAKARTA - Kereta Rel listrik (KRL) Commuter Line Yogyakarta-Solo akan segera beroperasi pada Februari mendatang. Kehadiran KRL ini diharapkan dapat mendorong munculnya pertumbuhan pusat perekonomian di dua daerah tersebut.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulfikri memproyeksikan rute Jogja-Solo itu bisa mengangkut penumpang sebanyak 6 juta di 2021.

"Proyeksi sebelum pembangunan di 2021 bisa mengangkut hampir 6 juta penumpang di 2021, akan meningkat secara signifikan termasuk pelayanan pada 2035 mencapai 29 juta penumpang yang akan gunakan jalur angkutan massal di Jogja-Solo," katanya dalam webinar bertajuk 'Hadirnya KRL Yogya-Solo', Selasa, 19 Januari.

Zulkifli menjelaskan, proyeksi itu berdasarkan fakta bahwa Yogyakarta-Solo telah menjadi wilayah aglomerasi dengan jumlah penduduk yang mencapai 10 juta. Sehingga membutuhkan angkutan massal yang memadai.

Pembangunan fisik sudah 91 persen

Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jawa Bagian Tengah, Putu Sumarjaya mengungkapkan bahwa proses pembangunan secara fisik sudah hampir selesai. Artinya, tidak lama lagi kereta listrik ini bisa dinikmati masyarakat di wilayah Yogyakarta dan Solo.

"Progres pekerjaan saat ini memang secara fisik 91 persen, di mana sisa pekerjaan ini adalah finishing fasilitas pendukung operasi," katanya, dalam webinar bertajuk 'Hadirnya KRL Yogya-Solo', Selasa, 19 Januari.

Pembangunan KRL Jogja-Solo sudah dimulai sejak 2011 yaitu studi kelayakan pembangunan elektrifikasi lintas Kutoharjo-Yogyakarta-Solo. Kemudian, Tahun 2012 dilakukan DED elektrifikasi lintas Yogyakarta-Solo.

Sedangkan, tahapan pembangunan secara fisik dimulai 2019 dari elektrifikasi segmen Yogyakarta-Klaten. Selanjutnya di tahun 2020 adalah pengoperasian elektrifikasi segmen tersebut dan pembangunan segmen Klaten-Solobalapan.

Kata Putu, pihaknya juga sudah menyelesaikan pengujian menyeluruh terhadap sistem yang dibangun termasuk dari safety assessment. Uji integrasi hingga sinkronisasi sarana, prasarana, dan sistem pengoperasian juga sudah dilakukan.

Sebelum peresmian, kata Putu, pihaknya akan melakukan uji coba terbatas terlebih dahulu sampai akhirnya beroperasi secara komersil.

"Mudah-mudahan dari tahapan-tahapan ini kita bisa operasikan KRL Yogyakarta-Solo di 14 Februari 2021," ucapnya.

Dorong pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengatakan, dalam mendukung operasional KRL Yogyakarta-Solo pihaknya mengaktifkan empat stasiun tambahan.

"Kami mengaktivasi empat stasiun tambahan untuk operasi KRL ini. Dari semula 7 stasiun yang dilintasi sekarang menjadi 11 stasiun," tuturnya.

Stasiun Solobalapan. (Foto: Dok. KAI)

Didiek juga berharap, dengan hadirnya KRL di luar wilayah Jabodetabek ini akan mendorong tumbuhnya pusat perekonomian di daerah sekitar lintasan KRL.

"Harapan kami, semoga dengan pengoperasian KRL Yogya dan Solo ini bisa menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi antara Yogyakarta dan Solo," katanya.

Selain itu, Didiek berharap, KRL bisa terintegrasi transportasi yang terkoneksi dengan moda transportasi yang lain. "Kami sangat berharap para pelanggan di Jogja dan Solo tetap mematuhi protokol kesehatan yang baik dengan mengukur suhu badan kemudian memakai masker dan melakukan fisical distancing," katanya.

Adapun 11 stasiun yang dilewati KRL Yogya-Solo yaitu, Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo, Brambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Stasiun Gawok, Purwosari, dan Solobalapan.

Bantu Pulihkan Pariwisata

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membeberkan sejumlah alasan pembangunan elektrifikasi relasi Yogyakarta-Solo di luar operasi kereta rel listrik (KRL) saat ini di wilayah Jabodetabek.

"Pertimbangan lainnya banyak objek wisata yang akan didukung dari sarana transportasi seperti Candi Prambanan, Tebing Breksi, Malioboro dan Kaliurang serta untuk kegiatan harian masyarakat umum dan pelajar," tuturnya.

Suasana di Yogyakarta. (Foto: Unsplash)

Menurutnya dengan karakteristik tersebut, KRL Yogyakarta-Solo memiliki tingkat permintaan yang cukup bagi penduduknya untuk menggunakan transportasi tersebut.

Zulfikri menambahkan dengan adanya moda transportasi ini akan memudahkan mobilitas dan meningkatkan ekonomi kawasan Yogyakarta dan Solo.

"Koridor Jogja-Solo ini banyak dinikmati oleh mahasiswa atau wisatawan maupun masyarakat yang sekadar berbelanja di kedua wilayah tersebut dengan tarif yang terjangkau," katanya.