Bagikan:

JAKARTA - Selandia Baru bisa jadi bikin masyarakat di dunia cemburu. Menutup tahun 2020, mereka menggelar festival tahunan Rhythm and Vines  di Gisborne pada 29-31 Desember dengan menghadirkan total 20 ribu penonton.

Menurut laporan IQ Reports, pada edisi ke-18 festival musik dan berkemah ini tidak diterapkan protokol kesehatan. Para penonton berpesta menyambut tahun baru, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Benee, Fat Freddy’s Drop, Broods, The Beths, dan Netsky sebagai penampil juga tidak melakukan penjarakan sosial (social distancing). Begitu juga  penonton yang tumpah ruah berdesakan.

Selain itu, Rhythm and Vines juga mengundang 10 ribu orang untuk hadir di pulau Wanaka dengan set DJ. Lalu ada Festival Northern Bass di Mangawhai yang merayakan tahun baru selama tiga hari tiga malam.

Kepada NZ Herald, pihak promotor mengaku tetap melakukan tracing kontak dan mempersiapkan pelayanan gawat darurat dan polisi. Ketika mereka menemukan seseorang dalam kondisi tidak baik, mereka bisa langsung diisolasi.

Mereka juga sengaja memilih penampil dari barisan musisi lokal dan tidak mengundang musisi internasional mengingat beberapa negara lainnya masih memberlakukan lockdown.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Selandia Baru mengadakan konser di tengah pandemi COVID-19. Tercatat, mereka sudah mengadakan konser sejak bulan Juli, yaitu konser musisi L.A.B yang tiketnya terjual habis.

Sejak itu, pemerintah Selandia Baru memberikan izin kepada promotor dan musisi untuk mengadakan konser. Benee, penyanyi yang sedang populer juga berkesempatan mengadakan konser tunggal di negara tempat tinggalnya. 

Campur Tangan Pemerintah

Segala kenikmatan yang dirasakan masyarakat Selandia Baru tidak lepas dari campur tangan pemerintah yang sangat serius menangani pandemi COVID-19.

Selandia Baru melaporkan kasus pertama pada 28 Februari 2020. Pada 2 Juli, mereka mengonfirmasi 1180 kasus dengan 22 kematian sejak bulan Februari. Tetapi, bulan-bulan berikutnya kasus positif COVID-19 di negara itu mengalami penurunan. 

Tanggap cepat. Ya, pemerintah Selandia Baru bergerak tiga hari setelah WHO (World Health Organization) mengumumkan pandemi COVID-19 di bulan Januari 2020.

Melansir situs WHO, Selandia Baru belajar dari cara China dalam melakukan penanganan kasus COVID-19 dengan cepat. Semakin cepat mereka menemukan kasus, mengisolasi, dan melakukan tracking, maka semakin sukses mereka mengalahkan pandemi.

“Mengimplementasi strategi ini akan menimbulkan biaya ekonomi yang signifikan tetapi begitu pula wabah besar ini. Jadi, Selandia Baru menerapkan pencegahan sejak 26 Maret, selain dari pekerja penting, seluruh masyarakat harus karantina di rumah,” kata Dr. Ashley Bloomfield selaku perwakilan Kesehatan Selandia Baru.

Pemerintah Selandia Baru juga memberikan informasi kepada masyarakat dengan jelas, sesuai sumber terpercaya dan ahli WHO.

Sukses Tekan Angka Jadi 75 Kasus

Walaupun terhitung sukses dalam menekan jumlah kasus, pemerintah Selandia Baru tidak serta merta lepas tangan. Mereka terus memperingatkan masyarakatnya bahwa virus masih menyerang di seluruh dunia.

Menurut laporan terbaru dari NZ Herald, saat ini tidak ada kasus COVID-19 baru di Selandia Baru. Enam kasus yang terkonfirmasi sedang menjalani isolasi mandiri.

Kabar baik juga datang dari konser Rhythm and Vines di mana tidak ada seorang pun yang dilaporkan terjangkit virus corona.

Selandia Baru layak dapat pujian. Di saat negara lain masih putar otak mencari cara menangani pandemi COVID-19, mereka  sudah menggelar konser dengan leluasa.