Industri Hiburan Korea Selatan Luluh Lantak karena COVID-19
Panggung Kosong (Elijah Ekdahl/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Gelombang kedua pandemi COVID-19 melanda Korea Selatan. Setelah mengalami penurunan jumlah kasus, pemerintah menggunakan rencana pengukuran penjarakan sosial dengan lima tingkatan dimulai dari 1 - 1,5 - 2 - 2,5 - 3 untuk mengetahui pergerakan COVID-19. Hasilnya, Korea Selatan berada di Level 2,5 di mana kasus COVID-19 mencapai lebih dari 400-500 orang. Oleh karena itu, sejumlah acara harus dihentikan demi masa pemulihan pandemi.

Di ranah produksi acara televisi, ada beberapa drama yang proses syutingnya ditunda seperti Hello It’s Me, Sisyphus: The Myth, Snowdrop, River Where The Moon Rises, dan lainnya. Kejadian ini bermula setelah staf produksi terkonfirmasi positif COVID-19.

Produksi film seperti Determination to Part Ways, Handsome Guys dan The Dragon Inn: Part 1 juga dihentikan setelah salah satu staf diketahui berinteraksi dengan orang yang positif COVID-19. Karena satu interaksi itu, seluruh proses syuting dihentikan dan mereka melakukan tes.

Tidak Ada Rilisan Lokal di Bulan Desember

Rumah produksi CJ Entertainment menunda film tentpole, Seobok yang dibintangi Gong Yoo dan Park Bo Gum. Dijadwalkan tayang pada bulan Desember, CJ memilih menunda perilisan hingga waktu yang tidak ditentukan. Film Life is Beautiful dari Lotte Entertainment juga memilih mundur dari penayangan. Artinya, tidak ada film lokal yang dirilis pada akhir tahun 2020 selain film Wonder Woman 1984 dan Soul dari Disney Pixar yang tetap tayang secara terbatas.

Acara penghargaan Blue Dragon Film Awards ke 41 yang rencananya diselenggarakan pada 11 Desember ditunda hingga tahun 2021. Blue Dragon adalah salah satu penghargaan tertinggi di bidang film di Korea Selatan. Melansir Soompi, penundaan ini adalah efek dari kasus COVID-19 yang tidak kunjung menurun. “Kami berusaha menghentikan penyebaran dan menunda malam puncak demi kepentingan pegiat film. Kami meminta pemahaman dari aktor, anggota industri film, media, dan audiens yang berpartisipasi agar situasi COVID-19 bisa mereda.”

Idol K-pop Kena Efek

Aktivitas terkait acara musik di Korea Selatan terus berjalan, sejumlah protokol kesehatan juga diterapkan, seperti tidak ada audiens dalam acara. Tetapi hal ini tidak membuat idol K-pop jauh dari virus corona. Beberapa idol didiagnosa positif COVID-19 setelah melakukan interaksi dan beraktivitas.

Bitto dan Kogyeol UP10TION mengumumkan positif COVID-19 setelah Bitto berkomunikasi dengan seseorang yang positif. Saat itu, UP10TION sedang melakukan promosi di sejumlah acara musik televisi.

Lalu ada dua anggota EVERGLOW, Yiren dan Sihyeon yang mengetahui hasil tes setelah syuting untuk acara Yoo Hee Yeol’s Sketchbook di KBS pada 1 Desember. Keduanya bertemu dengan seseorang yang positif COVID-19 pada 22 November. Alhasil seluruh musisi yang melakukan syuting bersama EVERGLOW harus melakukan tes, di antaranya Ben, DAY6 (Even of Day), Gummy serta presenter Yoo Hee Yeol.

Penyanyi trot Lee Chan Won yang menjadi anggota acara Mister Trot juga tertular virus corona. Ia melakukan syuting walaupun tidak tahu ia sudah positif COVID-19. Semua artis yang berada di satu tempat dengan Lee Chan Won memilih tes dan karantina secara mandiri.

Yang terbaru ada Chungha yang diumumkan positif COVID-19 oleh agensinya, MNH Entertainment. Ia meminta maaf kepada penggemar dan teman-teman karena kejadian ini. Kabarnya, sebelum mengikuti tes, Chungha mengunjungi rumah Mina dari Gugudan untuk makan bersama.

Acara itu juga dihadiri oleh Yeonjung WJSN dan Chaeyeon DIA sehingga ketiganya mengikuti tes. Selain itu grup TWICE, IZ*ONE, dan MOMOLAND yang berinteraksi dengan Chungha dalam sebuah acara juga mengikuti tes dan hasilnya negatif COVID-19.

Upaya Pemerintah dan Pegiat Industri Hiburan untuk COVID-1

Cara Korea Selatan menangani pandemi COVID-19 menjadi salah satu langkah baik yang perlu ditiru negara lain. Sejak awal pandemi di bulan Maret, mereka menerapkan 3T (Trace-Test-Treat) untuk mengetahui penyebaran kasus COVID-19. Profesor Gye Cheol Kwon dari Laboratory Medicine Foundation menyebut orang Korea memiliki budaya Bali Bali. Kata Bali berarti cepat dalam Bahasa Korea. Mereka ingin melakukan dengan cepat dan terbukti, jaringan laboratorium tes tersedia dalam waktu 17 hari.

Mengutip BBC International, hal ini dilakukan pemerintah setelah belajar dari kejadian virus Mers pada tahun 2015 di mana 36 orang meninggal dunia karena Mers.

Proses 3T dimulai dari tes masal yang dilakukan pemerintah Korea Selatan menggunakan konsep drive through dan walk through dan menyebar ke seluruh penjuru provinsi. Testing ini dibuat untuk mengidentifikasi orang yang diduga positif COVID-19 dan bisa dipisahkan dari orang lain.

Kemudian ada Tracing yaitu upaya mencari pergerakan kontak dari orang yang terkonfirmasi COVID-19. Mereka mengambil data dari transaksi kartu kredit, GPS rumah, video CCTV, serta wawancara dengan orang yang terkonfirmasi untuk mengetahui perjalanan.

Setelah mengetahui orang yang positif COVID-19, pemerintah mengklasifikasi pasien yang dilihat dari tingkat gejalanya yaitu demam atau masalah pernafasan. Pasien yang positif dipindahkan ke rumah sakit khusus COVID-19 dan menjalani karantina mandiri dengan bantuan tim medis.

Cara penanganan pemerintah Korea Selatan membuat tenaga kesehatan lebih mudah mengetahui persebaran virus COVID-19. Hal itu juga dilakukan oleh para pegiat hiburan sekalipun mereka hanya berada di satu ruangan bersama orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Saat ini, sejumlah produksi drama dan acara tetap dilanjutkan di bawah protokol kesehatan yang lebih ketat serta melakukan tes COVID-19 secara rutin.