JAKARTA - Yogyakarta digemparkan dengan tewasnya seorang pelajar berusia 18 tahun asal Kebumen, Jawa tengah di Jalan Gedongkuning setelah diserang dengan sabetan benda tajam. Ia diserang Minggu 3 April ketika hendak membeli makan untuk sahur pada pukul dua pagi, pelaku penyerangan diduga adalah geng klithih.
Beberapa tahun terakhir, aksi kekerasan jalan yang kerap disebut klithih berulang kali terjadi di DIY. Para pelaku biasanya merupakan anak muda atau pelajar dan sebagian masih di bawah umur. Saat beraksi, para pelaku klithih biasanya mengendarai sepeda motor dan menggunakan senjata tajam.
Fenomena klithih sudah cukup lama menghantui kota dengan julukan kota pelajar ini, dan hampir tiap tahun kembali muncul. Kini tagar#YogyaTidakAman dan #SriSultanYogyaDaruratKlithih kembali mencuat di Twitter.
Apa itu Klithih?
Klithih merupakan salah satu fenomena sosial yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, terutama Klaten dan Magelang. Kejadian kriminal yang melibatkan remaja berusia 14-19 itu sudah muncul pada tahun 1990-an.
Pada umumnya klithih mengincar target yang merupakan siswa pesaing atau anggota geng pesaing di daerah sepi, kemudian melakukan perundungan secara fisik kepada korban.
Namun pelaku juga terkadang mengambil barang milik korban sehingga berubah menjadi perampokan. Aksi klithih telah banyak membuat korban meninggal dunia akibat siksaan fisik yang cukup parah.
Klithih sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya beraktivitas mencari angina di luar rumah atau keluyuran. Sedangkan menurut sosiolog Universitas Gajah Mada, Arie Sujito, makna asli istilah klithih adalah keluar rumah di malam hari untuk menghilangkan kepenatan.
“Klithih dulu sebetulnya hanya aktivitas orang keluar malam mencari kegiatan untuk mengatasi kepenatan. Sementara istilah nglitih digunakan untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai. Akan tetapi, makna klithih kemudian mengalami pergeseran dan menjadi identik dengan aksi kekerasan dengan senjata tajam,” ujar Arie.
Perbedaan dengan Begal
Sebagian orang melihat klithih dan begal adalah tindakan kriminal yang sama. Keduanya aksi kejahatan yang menggunakan sepeda motor, dan melibatkan tindak kekerasan. Namun jika ditelisik keduanya merupakan jenis kriminal yang berbeda. Lantas apa bedanya?
Klithih dari asal katanya berarti berkeliling mondar-mandir dalam hal positif. Tapi istilah tersebut mengalami perubahan konotasi karena digunakan untuk hal yang mengarah ke kriminal dan kekerasan oleh pemuda kepada masyarakat di jalanan.
Namun belakangan klithih menyerang pihak yang bukan musuh. Penyerangan ditujukan kepada pengendara atau pengguna jalan, yang dipilih secara acak oleh pelaku klithih.
Sedangkan begal sejak awal telah memiliki tujuan ekonomi yaitu menguasai harta milik korban dengan kekerasan dengan menggunakan sepeda motor. Begal umumnya mencari target yang berkendara seorang diri, kemudian merampas harta korban.
Ada Indoktrinasi
Menurut sosiologi kriminal UGM, Suprapto, tujuan kelompok pemuda melakukan klithih sebagai tantangan agar dapat diterima di kelompok tersebut. Menurut kajiannya bahwa tindakan klithih merupakan ajang rekrutmen yang dilakukan oleh kelompok geng pemuda
Para calon anggota baru ditantang untuk membuat rusuh dengan melukai orang lain agar dapat diterima sebagai anggota kelompok.
“Makin berani menyakiti membuat onar di luar, dia makin dielu-elukan sehingga kondisi psikologinya membuatnya makin berani. Fenomena seperti itu ada," jelas Suprapto.
BACA JUGA:
Menurutnya, fenemona kejahatan jalanan yang melibatkan anak dan remaja sebagai pelakunya masih eksis, karena ada kelompok yang ingin keberadaannya tetap ada.
“Ini bukan murni kenakalan anak atau remaja. Ada pihak-pihak tertentu di balik kelompok itu yang ikut memberikan indoktrinisasi dengan menggunakan anak-anak ini,” kata Suprapto.
Anak dan remaja merupakan fase perkembangan hidup di mana manusia sedang mencari jati dirinya. Namun sayangnya keinginan mereka dimanfaatkan segelintir orang untuk kepentingan tertentu, sehingga menyebabkan kejahatan jalanan itu terus eksis.
Proses Hukum
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamenku Buwono X meminta pelaku kejahatan jalanan diproses hukum tanpa tebang pilih.
"Ini pelanggaran pidana, saya kira dicari saja terus diproses. Kalau saya, itu sudah berlebih diproses saja secara hukum," kata Sultan, Senin 4 April.
Sultan mendorong polisi tidak menerapkan diversi atau pengalihan penyelesaian perkara anak, dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan. Hali ini disebabkan korban sampai meninggal.
Berikut adalah beberapa tips agar kita bisa tetap aman saat berada di Yogyakarta:
- Sebaiknya tidak keluar saat larut malam atau dini hari. Melihat dari sejumlah kejadian klithih umumnya melakukan aksinya pada jam-jam tersebut.
- Hindari naik sepeda motor sendirian khususnya menjelang dini hari, karena kasus klithih berupa kontak langsung dari motor ke motor.
- Ada baiknya hindari berwisata sendirian terutama pada malam hari, karena klithih umumnya menyerang satu orang. Berwisata rombongan mengantisipasi pelaku klithih melakukan kejahatan
- Hindari jalan sepi, sangat penting mengetahui informasi akses ke lokasi wisata maupun penginapan sebelum berlibur ke Yogyakarta. Yogyakarta sendiri memiliki banyak jalan yang terbilang ramai, seperti Jalan Malioboro, Jalan Mangkubumi, Jalan Mataram, dan Jalan Brigjen Katamso. Jika wisatawan menginap di daerah yang agak jauh, sebaiknya melewati jalan-jalan tersebut karena ramai.
- Tetap waspada, hal paling penting adalah wisatawan tetap waspada terhadap kondisi sekitar. Apabila menemukan hal janggal, sebaiknya segera melaporkan kepada pihak berwajib atau mencari pertolongan.
Geng klithih maupun begal, keduanya merupakan tindakan kejahatan dengan kekerasan yang sering menimbulkan korban jiwa. Sebaiknya masyarakat selalu waspada dalam berkendara apalagi jika seorang diri. Laporkan pengendara yang menujukkan gelagat mencurigakan seperti membuntuti pengendara yang sedang sendirian.