JAKARTA - Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, dilanda berbagai bencana hidrometeorologi pada Rabu, 29 September sore kemarin. Bencana tersebut mulai dari banjir, banjir bandang, angin kencang, hingga tanah longsor.
Bencana ini terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi disertai angin kencang di sebagian wilayah Padang Pariaman. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada empat warga meninggal dunia akibat bencana tersebut.
"Peristiwa ini menyebabkan korban jiwa sebanyak empat orang meninggal dunia akibat tanah longsor dan lima orang luka-luka serta kurang lebih 72 orang mengungsi," kata Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya, Kamis, 30 September.
Abdul Muhari menuturkan, banjir di Padang Pariaman ini merendam 338 unit rumah, 80 hektar lahan pertanian, satu unit fasilitas ibadah dan satu unit fasilitias pendidikan. Tinggi muka air berkisar antara 75 hingga 200 sentimeter.
Lalu, dampak kerusakan material akibat angin kencang menyebabkan 12 unit rumah rusak berat, 10 unit kios atau warung rusak serta 30 kendaraan motor rusak.
Selain itu, juga terdapat pohon tumbang yang menimpa badan jalan provinsi akibat angin kencang sehingga mengganggu akses lalu lintas dari Bandara Minangkabau ke Padang Pariaman dan mengalami kemacetan.
"Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman telah melakukan pendataan di lokasi kejadian dan melakukan giat pembersihan material akibat pohon tumbang serta evakuasi warga bersama TNI, Polri dan warga setempat," ungkap Abdul Muhari.
BACA JUGA:
Operator Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Padang Pariaman Andri Liska Putra mengatakan bahwa saat ini warga terdampak melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman di rumah kerabat atau keluarga terdekat.
"Sampai saat ini masih melakukan giat evakuasi warga ke tempat yang lebih aman di rumah keluarga terdekat," ungkap Andri.
Andri mengaku BPBD Kabupaten Padang Pariaman mengalami kendala dalam giat penanganan bencana. Sebab, peralatan evakuasi terbatas dan kondisi wilayah terdapat banyak titik bencana.
"Kami masih menggunakan alat tradisional seperti gerobak, cangkul dan juga ada gergaji mesin. Tapi kami telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk dukungan penanganan bencana," imbuhnya.
(Foto dok BNPB)