Bagikan:

JAKARTA -  Penasihat Senior Direktur Jenderal WHO Diah Saminarsih memperingatkan, penurunan kasus COVID-19 yang kini terjadi di Tanah Air, bukan berarti virus tersebut sudah tidak ada di Indonesia. Justru, dia menilai perlu kehati-hatian dalam menghadapi virus tersebut.

Dia mengatakan, kalau dilihat dari situasi saat ini, turunnya kasus di gelombang kedua belum berarti tidak ada gelombang ketiga. Sebab, di beberapa negara, justru kembali naik kasus. 

"Kalau sekarang Indonesia dalam kondisi kasus yang turun harus diingat bahwa angka itu adalah jumlah orang yang sakit, dan orang yang sakit itu membutuhkan resources kemudian tetap masih ada, banyak orang yang meninggal akhirnya. Artinya sama sekali belum keluar dari bahaya dan belum selesai sebenarnya (pandemi COVID-19)," katanya.

Katanya, bila saat ini kasus COVID-19 mereda, yang bisa dilakukan pemerintah adalah melanjutkan program vaksinasi dengan melihat kembali prioritasnya. Sebab, dari data yang ada, kelompok lanjut usia dan tenaga kesehatan belum semua divaksin. 

"Kalau misalnya nakesnya dilihat di provinsi mana saja, ada WHO situation report pernah menulis tentang provinsi yang nakesnya juga belum divaksin dilihat dan harus ada upaya khusus," ujarnya.

"Kalau kita bicara soal keadilan atau equity itu artinya memberikan keutamaan pada mereka yang membutuhkan terlebih dahulu dan keutamaan itu sering kali konsekuensinya adalah melakukan upaya lebih besar upaya khusus agar mereka yang rentan ini mau divaksinasi," kata dia.

Dia menambahkan, perlu juga vaksinasi dilakukan dengan cara jemput bola, khususnya untuk lansia. Karena ada beberapa kasus yang kelompok lansia ini kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan tempat vaksinasi. 

"Alasannya kenapa WHO merekomendasikan, WHO minta kelompok itu lebih dahulu? Karena lansia dan nakes apabila terproteksi maka itu akan duluan menghentikan penyebaran, akan duluan menghentikan kematian ini yang harus dipegang betul supaya berhenti penyebaran dan orang meninggalnya.

"Jadi, kalau sekarang turun kasus COVID-19 maka diperbaiki lagi dari depan kembali kalau ada kelompok rentan yang belum terdefinisi dan setiap daerah bisa sama dan beda, jadi memang ada banyak PR yang dikejar pada masa turun juga untuk melakukan testing, tracing," ujarnya.