JAKARTA - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito mengungkap, ada delapan provinsi dengan akumulasi kasus COVID-19 tertinggi. Delapan provinsi ini memiliki kontribusi 74 persen dari 34 provinsi se-Indonesia yang telah terdampak.
"Ada 8 provinsi yang jadi perhatian oleh pemerintah karena jumlah akumulasi kasusnya yang tinggi dan laju insidensi atau jumlah kasus baru yang dilaporkan pada periode tertentunya tinggi," kata Wiku di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Juli.
Provinsi tersebut adalah Jawa Timur dengan akumulasi kasus dari awal sebanyak 16.658, DKI Jakarta dengan 14.517 kasus, Sulawesi Selatan 6.973 kasus, Jawa Tengah 5.473 kasus, Jawa Barat 5.077 kasus, Kalimantan Selatan 4.146 kasus, Sumatera Utara 2.323 kasus, dan Papua 2.267 kasus.
"Total 8 provinsi ini kontribusinya adalah 74 persen dari seluruh kasus yang ada di Indonesia," ungkap Wiku.
BACA JUGA:
Sebagian besar dari kasus ini, kata dia, tertular virus tapi tidak merasakan gejala. Seperti batuk, flu, demam, dan sesak napas atau kasus konfirmasi tanpa gejala.
Oleh sebab itu, kata Wiku, daerah yang memiliki kontribusi kasus besar perlu meningkatkan langkah 3T penanganan COVID-19, yakni pemeriksaan (tes), penelusuran (tracing), dan perawatan (treatment).
Dengan langkah 3T ini, angka kasus baru tidak akan semakin meningkat. Namun, dalam beberapa waktu, konsentrasi penularan virus corona dapat diminimalisi, sehingga kurva kasus semakin melambat.
"Harapannya, kontributor kasus ini akan bisa menurun menjadi lebih baik dan kondisi indonesia secara keseluruhan akan menjadi lebih baik pula," ungkap Wiku.
Wiku juga menjelaskan perubahan zonasi daerah dengan yang terbagi dalam beberapa kategori risiko penularan. Per tanggal 12 Juli, ada 31 kabupaten-kota dengan risiko tinggi atau zona merah, 177 kabupaten-kota dengan risiko sedang atau zona oranye, 204 kabupaten-kota dengan risiko rendah atau zona kuning.
Lalu, ada 102 yang saat ini dinyatakan kabupaten-kota dengan kategori zona hijau. Rincinannya, 48 kabupaten/kota tak memiliki kasus baru selama 4 minggu dan 54 kabupaten/kota tidak terdampak COVID-19.
Wiku menyebut perkembangan zonasi daerah dapat berubah-ubah. "Hal ini menunjukkan bahwa zonasi sangat dinamis dan kecenderungannya selama ini, minimal selama 7 minggu, terjadi peningkatan. Tetapi kewaspadaan tetap haru dijaga untuk memastikan zonasi ini makin lama jadi makin baik," ungkap Wiku.