Budi Waseso: Meski Ada Pandemi COVID-19, Indonesia Tidak Mungkin Krisis Pangan
Direktur Utama Bulog Budi Waseso. (Foto: Bulog)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Pangan Dunia (FAO) memprediksi kekeringan bakal melanda negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini akan menyebakan krisis pangan di tengah pandemi COVID-19. Namun, Perum Bulog optimis Indonesia tidak akan menjadi salah satu negara yang mengalami krisis pangan.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, ketahanan pangan Indonesia saat ini masih cukup baik, khususnya untuk beras. Hal ini lantaran dukungan cuaca yang bersahabat, sehingga beberapa wilayah di Tanah Air siap memasuki musim panen fase kedua.

"Untuk Indonesia, saya kira kita tidak usah khawatir. Cuaca di negara kita juga tidak seekstrem prediksi-prediksi di luar Indonesia. Sebenarnya prediksi kita sudah tidak ada panen, ternyata hari ini masih banyak panen di beberapa wilayah negara kita. Di beberapa wilayah di Indonesia hari ini juga mulai tanam berikutnya, jadi akan ada panen lagi. Kekuatan pangan kita boleh dikatakan masih stabil," katanya, dalam acara IDX Channel, Selasa, 14 Juli.

Meski begitu, Bulog tetap bersiap-siap terhadap kemungkinan terburuk. Seperti melalui penyerapan gabah guna mengantisipasi masa paceklik beras yang biasa dimulai tiap bulan September.

"Kita juga sudah persiapkan kemungkinan terburuk. Gabah juga sudah disiapkan. Tapi saya yakin dengan perhitungan, cuaca kita tidak seekstrem di negara-negara lain," jelasnya.

Tak hanya itu, Buwas juga meyakini, bahwa pasokan beras aman, karena berkaca dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian.

"Sampai hari ini baik di pasaran maupun khususnya ada di Bulog ini masih sangat kuat. Karena kita masih ada 142 juta ton yang ada di gudang Bulog dan tersebar di seluruh desa termasuk di pasar-pasar," ucapnya.

Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut juga menyatakan bahwa konsumsi pangan masyarakat Indonesia bukan hanya beras. Ia menyoroti, ketersediaan sagu di Papua yang melimpah, meski kini posisinya mulai tergantikan oleh kebutuhan konsumsi beras.

"Kita kalau mau produksi dengan baik yaitu ada 450 juta ton per tahun produksi sagu. Ini juga kan kekuatan karena konsumsi pangan kita. Itu satu tahun 36 juta ton untuk konsumsi masyarakat Indonesia," tuturnya.