JAKARTA - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyebut partikel virus corona bisa bertahan sampai 8 jam. Partikel ini dinamakan aerosol.
Aerosol adalah tetesan pernapasan yang sangat kecil dan masih dapat terbang di udara. Penyebaran melalui udaranya dinamakan airborne.
"Kalau droplet (percikan liur, red) keluar saat orang berbicara atau bersin kan langsung jatuh ke lantai atau permukaan benda. Kalau di udara, airborne bisa bertahan sampai 8 jam," kata Amin dalam diskusi di MNC Trijaya, Sabtu, 11 Juli.
Kata Amin, sebenarnya airborne bukan hal baru. Setiap cairan yang keluar dari mulut dan hidung dinamakan droplet. Namun, percikan ini ukurannya tidak sama. Jika cairan yang ukurannya besar, maka akan langsung jatuh ke permukaan.
"Tapi begitu ukurannya kecil dia terbang. Sebagian air yang ada di droplet itu akan menguap. Makin lama dia di udara, kadar airnya akan menurun. Jadi, partikelnya akan makin kecil," tutur dia.
BACA JUGA:
Kemudian, ruangan tertutup memiliki risiko penularan airborne COVID-19 lebih besar dibanding ruang terbuka. Sebab, ruangan yang tertutup biasanya hanya mengandalkan air conditioner (AC) tanpa ventilasi udara.
Namun, sayangnya pemakaian AC dalam ruangan tertutup tak membuat sirkulasi udara dari luar bisa bergantian masuk ke dalam. Sehingga, ketika ada pengidap COVID-19 bersin dan berbicara, partikel airborne hanya akan bergerak di dalam ruangan saja.
Oleh sebab itu, Amin menyarankan agar di setiap ruangan memiliki ventilasi udara seperti jendela atau berkegiatan di ruang terbuka. Sehingga, konsentrasi penularan COVID-19 bisa diminimalisasi.
"Lebih baik ada jendela yang dibuka biar ada perputaran udara segar yang masuk di rumah sakit ada standarnya. Setiap ruangan itu ada harus ada perputaran udara sekian persen setiap jam, ada takarannya," ungkap dia.