Densus 88 Minta Masyarakat di Indonesia Tetap Tenang Hadapi Isu Terorisme
Detasemen Khusus 88/ Foto: Anadolu Agency/ Eko Siswono Toyudho

Bagikan:

JAKARTA – Menyikapi imbauan pemerintah Jepang kepada warga negaranya yang ada di Asia Tengara termasuk Indonesia terkait aksi teroris di sejumlah tempat ibadah, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengaku selalu siaga.

"Kami dalami maksud pernyataannya dan sumber informasinya. Densus 88 selalu dalam kondisi siaga untuk memonitor gerakan-gerakan jaringan teroris di wilayah kita, termasuk regional dan internasional. Akan ada tindak lanjut terhadap informasi-informasi seperti ini," kata Aswin mengutip CNNIndonesia, Selasa 14 September.

Kata Aswin, pihaknya selama ini selalu berupaya melakukan pencegahan terhadap aksi teroris di Indonesia secara maksimal. Upaya tersebut, masih kata Aswin, dilakukan untuk mengantisipasi gerakan suatu jaringan menjadi aksi teror.

Aswin melanjutkan, Densus 88 juga memiliki kemampuan untuk mengantisipasi perubahan eskalasi ancaman dari suatu kelompok teroris.

"Semua tindakan Densus 88 selalu menempatkan keamanan publik sebagai prioritas utama. Ketika ada perubahan eskalasi ancaman, tentu kami akan berbuat bahkan siaga untuk melakukan pencegahan," kata Aswin.

Aswin meminta kepada masyarakat di Indonesia tetap tenang dalam menghadapi isu terorisme. Sebab, menurut Aswin, Densus 88 memprioritaskan keamanan dan kenyamanan publik dari berbagai macam serangan teror.

"Densus 88 tidak pernah berhenti bergerak, baik dalam pencegahan maupun penindakan," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Jepang mengaku telah mendapat informasi terkait peningkatan risiko ancaman teror bom bunuh diri di enam negara yaitu Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Myanmar.

Perdana Menteri Yoshihide Suga meminta agar warganya menjauh dari fasilitas keagamaan yang dianggap berisiko menjadi target serangan. Hanya saja, pemerintah Jepang enggan membeberkan sumber informasi mengenai ancaman teror itu.

Namun Juru Bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah membantah bahwa warga Jepang di Indonesia mendapat peringatan tersebut.