Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat pada perdagangan akhir pekan ini. Rupiah Jumat 3 Juli dibuka menguat 40 poin ke level Rp14.338 per dolar Amerika Serikat (AS).

Meski demikian, pantauan VOI pada pukul 09:10, rupiah terlihat berbalik melemah dan ambles cukup dalam, yakni 91 poin atau 0,63 persen ke level Rp14.468 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, sentimen negatif masih membayangi pergerakan aset berisiko termasuk rupiah. Pasar khawatir dengan penularan COVID-19 yang terus meninggi.

"Sejumlah aktivitas ekonomi dibatasi atau ditutup kembali di beberapa negara yang kembali meninggi kasus penularan COVID-19 seperti di AS, China, Jerman, Korsel, dan lain-lain," jelas Ariston kepada VOI.

Di Indonesia, kata Ariston, kasus COVID-19 juga masih meningkat dengan laju yang kurang lebih sama. Ketegangan hubungan antara AS dan China dengan disetujuinya UU pemberian sanksi ke pejabat China yang menyetujui UU keamanan Hong Kong oleh Kongres AS juga menambah sentimen negatif.

"Rupiah masih berpeluang melemah hari ini dengan sentimen negatif tersebut. Rupiah hari ini berpeluang bergerak di kisaran Rp14.250-14.430 per dolar AS," tuturnya.

Di sisi lain, lanjut Ariston, membaiknya data tenaga kerja AS Non-farm Payroll semalam yang memberikan sentimen positif ke aset berisiko, bisa menahan pelemahan rupiah tidak terlalu dalam.

Mata Uang di Asia Mayoritas Melemah

Pelemahan rupiah sejalan dengan mata uang di kawasan Asia yang mayoritas berada di zona merah. Pada pagi ini, baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah turun 0,19 persen terhadap dolar AS.

Berikutnya ada won Korea Selatan yang melemah 0,07 persen. Selanjutnya dolar Singapura dan yen Jepang terlihat sama-sama turun 0,04 persen.

Pelemahan juga terjadi pada ringgit Malaysia yang koreksi 0,02 persen. Yuan China pun berada di zona merah setelah terdepresiasi 0,003 persen dan dolar Hong Kong stabil walau cenderung melemah sangat tipis.

Sementara itu, dolar Taiwan menjadi mata uang dengan kenaikan terbesar di kawasan setelah menguat 0,21 persen. Posisinya hanya ditemani oleh peso Filipina yang juga menanjak 0,20 persen terhadap dolar AS.