JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah pada perdagangan Kamis 2 Juli. Rupiah tak mampu menahan kuatnya dolar AS, sehingga mata uang Garuda harus melemah 0,67 persen atau 95 poin ke level Rp14.378 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra sebelumnya mengatakan, sentimen negatif masih membayangi pergerakan rupiah. Selain kekhawatiran pasar dengan terus meningginya kasus COVID-19 di dunia dan gelombang keduanya, pasar juga mendapatkan sentimen negatif baru dari disetujuinya UU pemberian sanksi bagi perbankan AS yang berbisnis dengan pejabat China yang menerapkan UU keamanan Hongkong.
Ini artinya UU sanksi ini sudah disetujui oleh dua partai yang saling beroposisi di AS. UU sanksi ini dikhawatirkan merembet ke urusan dagang kedua negara, AS dan China.
Ariston menjelaskan, notulen rapat the Fed yang dirilis dinihari tadi juga memberikan indikasi kondisi ekonomi yang masih dalam tekanan untuk jangka waktu yang lama karena COVID-19.
Sore ini, mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Pelemahan dipimpin oleh rupiah, dan disusul oleh baht Thailand yang terdepresiasi 0,19 persen. Kemudian, ringgit Malaysia melemah 0,01 persen.
Sementara itu, mata uang yang menguat dipimpin oleh rupee India yang melambung 0,76 persen. Disusul oleh won Korea Selatan yang menguat 0,28 persen.
Kemudian, peso Filipina dan dolar Taiwan menguat masing-masing 0,16 persen dan 0,12 persen. Adapun dolar Singapura, yen Jepang, dan yuan China sama-sama mengalami penguatan 0,07 persen.