Pelecehan Seksual dan <i>Bullying</i> Terjadi Siang Hari di Kantor KPI Pusat, Korban: Mereka Diam-diam Saja
ILUSTRASI/UNSPLASH

Bagikan:

JAKARTA - Pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat berinisial MS menyebut pelecehan seksual dan bullying yang dialaminya terjadi pada siang hari di lingkungan kantornya. Dia juga menyebut tak ada rekan lainnya yang membantu dirinya.

"(Pelecehan terjadi, red) di lingkungan kantor. Siang hari," kata MS saat berbincang dengan VOI melalui pesan singkat, Rabu, 1 September.

MS mengatakan para pegawai KPI Pusat tahu atas tindakan tersebut. Tapi mereka tak bisa berbanyak.

"Mereka ya pada diam-diam saja," ungkap pria yang bekerja di bagian visual data tersebut.

MS mengaku, pelecehan seksual dan bullying tersebut didapatkannya sejak 2012 hingga saat ini. Menurutnya, para pelaku berani melakukan pelecehan seksual dan bullying pada dirinya karena ia dianggap 'cupu' dan tak berani melawan apalagi mereka senior yang lebih dulu masuk.

Menurut dia, pihak kantornya memang sudah melakukan tindakan atas pelecehan dan bullying yang dialaminya dengan memindahkan tempat kerjanya ke ruangan yang lebih aman. Namun, dia tetap merasa tidak nyaman.

"Saya enggak tahan lagi, kak," ujar MS sambil mengatakan dirinya akan keluar dari KPI Pusat.

"Saya mungkin akan resign," imbuhnya.

Ada pun dalam pesan berantai yang ramai di aplikasi pesan singkat WhatsApp, MS mengatakan kejadian itu bermula ketika dia kerap disuruh-suruh untuk melayani para seniornya. Padahal, menurutnya mereka punya kedudukan yang sama sebagai pegawai KPI Pusat.

Puncaknya, pada 2015 lalu saat para pelaku beramai-ramai memegangi kepala, tangan, kaki, menelanjangi, memiting, dan melakukan pelecehan.

"(Mereka, red) melecehkan saya dengan mencorat-coret buah zakar saya memakai spidol," ungkap MS dalam pesan berantai yang dia kirimkan karena merasa sebagai jalan terakhirnya.

"Kejadian itu membuat saya trauma dan kehilangan kestabilan emosi. Kok bisa pelecehan jahat macam begini terjadi di KPI Pusat? Sindikat macam apa pelakunya? Bahkan mereka mendokumentasikan kelamin saya dan membuat saya tak berdaya melawan mereka setelah tragedi itu," imbuhnya.

Akibat pelecehan dan bullying yang diterimanya, mental MS berubah dan ia mengalami stres berat, terhina, dan trauma berat. Bahkan, ia mengaku, kerap berteriak sendiri saat tengah malam.

"Penelanjangan dan pelecehan itu begitu membekas, saya tak sama lagi usai kejadian itu, rasanya saya tidak ada harganya lagi sebagai manusia, sebagai pria, sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga," katanya.

Kejadian semacam ini kemudian berulang pada 2017 saat pegawai KPI Pusat melakukan Bimtek di Resort Prima Cipayung. Sekitar tengah malam saat dirinya terlelap, para pelaku melemparnya ke kolam renang dan menertawai dirinya.

MS mengaku sudah melaporkan pelecehan dan bullying yang dialaminya ke Komnas HAM pada 11 Agustus 2017 yang kemudian dibalas sebulan setelahnya.

Saat itu, MS mengatakan, apa yang dialaminya sebagai tindak pidana dan ia disarankan melapor ke pihak kepolisian. Hanya saja, laporannya di Polsek Gambir pada 2019 lalu tidak diterima dan dirinya diminta menyelesaikan masalah secara internal.

MS memang melakukan hal ini dan akhirnya tempat kerja dipindah ke tempat lebih aman. "Tapi sejak pengaduan itu para pelaku mencibir saya sebagai manusia lemah dan si pengadu. Mereka sama sekali tak disanksi," ungkapnya.