BULELENG - Seorang pria DI (24) yang viral di media sosial karena dipukul anggota TNI di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, akan melaporkan peristiwa tersebut ke Komnas HAM provinsi Bali.
"Saya mau lapor juga ke Komnas HAM biar ditindaklanjuti sudah berkoordinasi dengan keluarga saya," kata DI, saat dihubungi Selasa, 24 Agustus.
Pihaknya juga akan melapor ke kepolisian tetapi masih berunding dengan pihak keluarganya. "Iya, rencananya mau melapor masih dirunding sama keluarga," ujarnya.
"Kalau dari pihak desa tidak terima kepala desanya digituin (dilempar) tidak dihormatin, karena Dandim-nya arogan marah-marah, dia itu memberikan penjelasan ke masyarakat bukan secara halus tetapi secara galak. Marah-marah," ujar DI.
Penjelasan Kapenrem
Kapenrem 163/Wira Satya Mayor Arm Ida Bagus Putu Diana Sukertia meminta kepada seluruh masyarakat yang menggunakan media sosial agar melihat secara utuh bukan sepenggal saja atas beredarnya video adanya keributan antara aparat TNI dengan oknum masyarakat di media sosial.
"Menanggapi apa yang beredar di media sosial (video singkat yang beredar) mohon dilihat secara utuh, bukan sepenggal saja tanpa melihat apa penyebab awal atau proses terjadinya," kata Kapenrem 163/Wira Satya Mayor Arm Ida Bagus Putu Diana Sukertia dikutip Antara, Senin, 23 Agustus malam.
Sukertia menjelaskan perlu diketahui penyebab awalnya sehingga tidak menimbulkan spekulasi berlebihan dari video viral tersebut.
Sebelumnya, diketahui seorang pemuda memukul bagian kepala Dandim 1609/Buleleng karena menolak diswab antigen, hingga secara spontan menyebabkan saling pukul antara aparat TNI lainnya dengan oknum masyarakat.
Dari adanya kejadian ini pelaksanaan swab antigen di Desa Sidetapa ditunda untuk sementara waktu sampai dengan kondisi yang memungkinkan.
Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan Dandim 1609/Buleleng kembali mengupayakan mediasi. Namun karena situasi warga Desa Sidetapa sudah berkumpul, maka untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, mediasi kembali dilanjutkan dengan keluarga oknum pelaku dengan melibatkan Perbekel Sidetapa dan tokoh masyarakat Desa Sidetapa agar permasalahan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
BACA JUGA:
Satu setengah jam kegiatan mediasi berlangsung namun hasilnya belum ditemukan titik temu. Hal ini karena dari pihak keluarga pelaku yang merasa menjadi korban pemukulan meminta waktu untuk melaksanakan musyawarah dengan keluarga besar.
"Karena situasi belum memungkinkan kegiatan Swab Test Rapid Antigen dihentikan oleh Dandim 1609/Buleleng karena masyarakat Desa Sidetapa menolak untuk dilanjutkan kegiatan tersebut," katanya.
Pihaknya menyayangkan kejadian ini, karena TNI sebagai bagian Satgas COVID-19 melakukan tugas atas perintah perundang-undangan atau aturan yang diberlakukan saat ini dalam situasi pandemi. Selain itu, karena adanya permintaan dari pihak aparat desa setempat.
"Adanya tindakan penertiban atau pendisiplinan justru ada oknum warga yang membahayakan keselamatan petugas bahkan menantang dan membentak. Saat dikasi tahu baik-baik malah memukul aparat dalam hal ini kepada Dandim 1609/Buleleng hingga harus menerima benjolan dan saat ini sudah divisum," katanya.
Kapenrem menegaskan respons aparat TNI melakukan pemukulan balik ke warga bersangkutan tidak terlepas dari sikap spontan terhadap yang dialami Dandim, saat berusaha mengendalikan dan mengajak masyarakat disiplin terhadap protokol kesehatan.