Lomba Menulis BPIP di Hari Santri Dikritik
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar lomba penulisan bertema 'Hormat Bendera Menurut Hukum Islam' dan 'Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam'. Lomba itu diketahui sebagai kegiatan menjelang Hari Santri.

Beberapa pihak sempat mengkritik keras tema lomba penulisan artikel yang digelar oleh BPIP tersebut. Kritik datang dari Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas yang mendorong pembubaran BPIP jika lembaga itu tak ada manfaatnya.

Senada, Ulama asal Sumatera Barat Anwar Abbas menilai BPIP tidak memiliki kepekaan sosial di tengah pandemi COVID-19 dengan menggelar lomba demikian.

Bahkan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis juga mengkritik lomba penulisan artikel yang diadakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) hanya membuat gaduh di tengah masyarakat.

Ia menilai tema lomba tersebut tak paham tentang esensi nasionalisme yang meneguhkan cinta terhadap tanah air.

"Tema tentang hukum mencium bendera sebagai tema lomba dari lembaga negara menunjukan kehilangan arahnya. Tak paham bagaimana tema nasionalisme yang meneguhkan cinta tanah air daripada bikin gaduh," cuit Cholil dalam akun media sosial Twitternya @Cholilnafis yang sudah diizinkan dikutip, Minggu, 15 Agustus.

Cholil menilai hukumnya sudah jelas bahwa tak ada persoalan dalam Islam untuk hormat terhadap bendera. Ia menilai tema dalam lomba tersebut terkesan mencari musuh.

"Hukumnya clear dan jelas. Kenapa kok malah kesannya cari musuh dan mementahkan keteguhan Pancasila," tambah dia.

DPR

Sepakat dengan MUI, Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini menilai lomba karya tulis yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tendensius dan bernuansa benturan antaranegara dan agama.

"BPIP sangat tidak sensitif terhadap kebangsaan Indonesia. Temanya tendensius dan bernuansa benturan antaranegara dan agama. Padahal keduanya saling menguatkan nasionalisme Indonesia. Memang selama ini ada masalah dengan hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan di kalangan umat mayoritas?," kata Jazuli Juwaini pada wartawan, Minggu, 15 Agustus.

Anggota Komisi I DPR Dapil Banten ini meminta BPIP mencari tema-tema yang lebih subtantif, visioner, dan berkemajuan bagi generasi muda bangsa.

"Para santri, pelajar, mahasiswa kita pikirannya sudah maju kok disodorkan tema yang sudah lama selesai bahkan sudah final bagi Indonesia. Alih-alih tema ini bisa menimbulkan polemik dan kegaduhan di masyarakat," katanya.

Politikus senior PKS ini meminta agar lomba tersebut dibatalkan atau dicarikan tema yang lebih relevan dan subtantif bagi kemajuan bangsa. Tema yang diangkat BPIP ini sama sekali tidak mencerminkan kondisi kebangsaan dan sosiologis masyarakat Indonesia.

"Masak di tengah rakyat Indonesia yang ingar bingar mengibarkan bendera merah putih di rumah masing-masing jelang 17 Agustus, masyarakat antusias mengadakan aneka lomba termasuk lomba menyanyikan lagu kebangsaan seperti yang dilakukan struktur PKS, BPIP justru menayakan hukum keduanya dalam Islam," ujarnya.

Sementara, Ketua Fraksi PAN di DPR, Saleh Partaonan Daulay, menilai lomba karya tulis yang diadakan BPIP dinilai tidak produktif dan tidak kontekstual. 

 

"Tidak produktif karena diyakini tidak akan mampu meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila. Juga tidak kontekstual karena temanya sangat jauh dari kondisi kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia," kata Saleh dalam keterangannya, Minggu, 15 Agustus.

Saleh mengatakan tema lomba tersebut tidak perlu dan tidak urgent untuk dibahas lantaran sejak jaman perjuangan kemerdekaan, hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan. Menurutnya para ulama dan para santri juga selalu menjunjung tinggi dan menghormati eksistensi bendera negara dan lagu kebangsaan.

"Secara metodologis, tidak ada rumusan masalahnya. Kalau tidak ada rumusan masalahnya, apa yang mau ditulis? Sebelum ditulis pun orang pasti akan mengetahui bahwa kesimpulannya Islam tidak mempermasalahkan hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Sebab, itu adalah bagian dari perwujudan cinta tanah air. Sementara, cinta tanah air adalah bagian dari iman," ucap Ketua DPP PAN itu.

Anggota Komisi IX DPR itu pun menyayangkan pemilihan tema yang terkesan menyudutkan kelompok tertentu. Dia menyebut banyak tema yang lebih tepat untuk diajukan di tengah kondisi saat ini.

"Kalau bikin judul dan tema, jangan terkesan dipersempit untuk menyudutkan kelompok tertentu. Bisa jadi, yang membuat tema tidak merasakan, tetapi orang lain justru sangat merasa dan tersinggung," kata Saleh

 

Penjelasan Istana

 

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan meski sudah merdeka, tak bisa dilupakan bahwa Indonesia masih terdapat orang yang berteriak tentang asas negara.

"Masih ada orang berkepentingan tentang asas Islam. Masih ada orang berkepentingan bicara negara Islam," ujar Ngabalin Minggu, 15 Agustus.

Menurutnya BPIP memasukkan tema tersebut juga mesti dilihat dari aspek lain. Sebab, kata dia, dalam lomba itu ada kriteria dan rumusan ilmiahnya. Menurutnya, ada tiga hal yang mesti diperhatikan.

Dia merincikan tiga hal itu yakni pertama, kreatifitas peserta lomba dalam mengembangkan materi dan bahan tulisan. Kedua, ia bilang soal penulisan. 

"Dan, ketiga manfaatnya. Mari kita ambil manfaatnya kemudian kita pertajam manfaat yang mungkin juga untuk mahasiswa dan pelajar. Mempersempit  apa yang menjadi perbedaan," tutur Ngabalin.

Kemudian, ia menambahkan saat ini tak bisa dihindari masih ada anggapan sejumlah pihak seperti mencium bendera itu syirik dan haram dalam hukum Islam. "Menghormati inspektur upacara dikatakan juga syirik, dan lain-lain," ujar mantan politikus Partai Bulan Bintang (PBB) itu.

Terkait kelanjutan lomba tulis BPIP meski menuai kritikan, ia menegaskan masih tetap dilanjutkan alias tak dibatalkan. "Lanjut lah," ujar Ngabalin.

 

Respons BPIP

 

Sebelumnya, pihak BPIP menyampaikan penjelasan alasan menggelar lomba tulis dengan tema hormat bendera menurut Islam. Kemudian, tema kedua yaitu menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam.

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan BPIP, Antonius Benny Susetyo, menjelaskan lomba penulisan artikel dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2021. 

"Ini kan bertepatan Hari Santri, memang BPIP membuat lomba-lomba dengan Hari Santri. Untuk memperkuat rasa nasionalisme," kata Benny, Jumat, 13 Agustus 2021.

Benny menambahkan, lomba serupa juga akan digelar pada hari Natal, perayaan Khonghucu, dan perayaan-perayaan hari besar agama lain. Kata dia, Bisa dalam bentuk lomba pidato, esai, animasi atau sebagainya supaya pesan-pesan nasionalisme dan semangat kebangsaan bisa disampaikan secara tepat.

"Tapi, ya itu lah demokrasi. Jadi, BPIP mengucapkan banyak terima kasih atas tanggapan dan semua itu positif," ujarnya