JAKARTA - Foto seorang pria kulit hitam, Patrick Hutchinson yang menyelamatkan pria kulit putih dari ricuhnya aksi massa 'Black Lives Matter' (BLM) di London, Inggris jadi sorotan seluruh dunia. Tangkapan momen yang mengagumkan dari fotografer Reuters.
Dilaporkan, momen tersebut ditangkap di tengah huru-hara di sekitar jembatan Waterloo pada Sabtu, 13 Juni. Aksi solidaritas menentang rasisme yang semula damai tiba-tiba menjadi rusuh ketika kelompok sayap kanan mulai bergabung di tengah kerumunan massa.
Hutcinshon menceritakan, inisiatif itu ia lakukan karena tak ingin aksi solidaritas dinodai peristiwa yang dapat membelokkan fokus perjuangan dalam aksi BLM. "Itu adalah hal yang benar untuk dilakukan," katanya, dikutip Reuters, Selasa, 16 Juni.
"Kami tidak ingin narasi berubah dan (kami ingin) fokus pada yang kita semua perjuangkan. Dan itu kesetaraan sejati," tambah Hutcinshon.
I’ve been speaking to Patrick Hutchinson, the man carrying an injured stranger during clashes yesterday between far right & anti racist activists.
“His life was under threat” Patrick said. “so I put him on my shoulders and marched towards the police” @channel4news #c4news @ 530 pic.twitter.com/c0ysrNG4aC
— Keme Nzerem (@kemenzerem) June 14, 2020
Seperti diketahui, pria yang diselamatkan Hutchinson mengalami luka di wajah dalam kericuhan tersebut. Wartawan Reuters yang berada di tempat pun mengalami hal yang sama. Mereka dipukuli oleh sesama massa.
“Kita harus terus protes. Kita harus terus bergerak. Suara kita perlu didengar. Kita harus mendapatkan kesetaraan sejati tetapi kekerasan tidak perlu,” katanya.
Berdasar informasi dari beberapa orang di kerumunan pengunjuk rasa, laki-laki yang diselamatkan oleh Hutchinson meruapakan anggota dari pengunjuk rasa sayap kanan yang kontra dengan aksi BLM. Sayangnya, belum ada konfirmasi resmi mengenai identitas maupun afiliasi politiknya.
Di London, intensitas aksi solidaaritas BLM semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Aksi yang awalnya hanya menyuarakan antirasisme karena kematian Floyd, mulai meluas ke perusakan patung-patung dan simbol perbudakan, penjajahan, dan diskriminasi.