Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut angka kematian pasien COVID-19 yang dirawat di instalasi gawat darurat (IGD) dalam beberapa waktu terakhir lebih berdurasi lebih cepat dari sebelumnya.

Budi mengaku beberapa bulan lalu, jika ada pasien COVID-19 meninggal di IGD, mereka wafat setelah dirawat 8 hari. Namun, kini waktu kematian dua kali lebih cepat.

"Kita amati ada perbedaan dari sebelumnya. Kematian terjadi kalau sebelumnya 8 hari dirawat, sekarang 4,8 hari sudah wafat. Jadi lebih cepat," kata Budi dalam diskusi webinar, Senin, 2 Agustus.

Lalu, sebelum lonjakan kasus COVID-19 terjadi, hampir tidak ada pasien COVID-19 yang meninggal saat dirawat di IGD. Rata-rata, pasien meninggal saat sudah dirawat di ICU dengan kondisi yang memburuk.

"Tetapi dalam 3 bulan terakhir di IGD justru kematiannya tinggi, meningkat dengan tinggi porsinya. Ini membuat kenapa mereka lebih singkat di rumah sakit sebelum wafat," ungkapnya.

Setelah diteliti, penyebab banyaknya pasien virus corona yang meninggal di IGD lantaran kondisi saturasi oksigennya sudah melemah ketika baru dibawa ke rumah sakit.

Kemudian banyak pasien yang terlambat mendapatkan intervesi medis. Budi menilai, hal ini disebabkan banyak orang merasa mereka malu saat mengalami penyakit COVID-19. "Jadi, mereka lebih baik diem dan mminta dirawat keluarganya," ujar Budi.

Karenanya, Budi mengaku kemenkes akan melakukan sosialisasi yang lebih agresif kepada masyarakat agar mereka segera mendatangi rumah sakit untuk dirawat ketika kondisinya mulai memburuk atau saturasi oksigennya di bawah 94 persen.

Diketahui, akumulasi kasus kematian bulan Juli menjadi yang tertinggi selama pandemi. Selama bulan Juli, lebih dari 30 ribu kematian terjadi pada kasus COVID-19. Sedangkan, kematian pada bulan Juni lalu sebanyak 7.913 kasus.