Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa transportasi jadi faktor utama penyumbang inflasi di Mei 2020. Bahkan transportasi memberikan andil inflasi hingga 0,10 persen, lebih besar dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tarif angkutan udara dan tarif kereta api menjadi penyumbang utama inflasi pada sektor transportasi. Padahal, pemerintah telah meminta masyarakat untuk tidak melakukan mudik pada periode Lebaran 2020. Namun, rupanya masyarakat masih melaksanakan kegiatan tersebut. Alhasil, inflasi sektor transportasi menjadi penyumbang yang paling tinggi di bulan Mei.

"Kalau kita lihat tarif angkutan udara memberikan andil kepada inflasi 0,08 persen, demikian juga tarif KA yang memberikan andil sebesar 0,02 persen. Kenaikan tarif angkutan udara antar kota ini terjadi di 39 kota, misalnya tertinggi terjadi di Gunung Sitoli, sebesar 38 persen," katanya, dalam video conference bersama wartawan, Selasa, 2 Juni.

Menurut Suhariyanto, kenaikan tarif angkutan ini yang menyebabkan transportasi memberikan andil paling besar pada bulam Mei 2020. Namun, ini bukan inflasi terbesar dibanding tahun lalu.

"Tapi kalau kita bandingkan pada posisi ramadan atau lebaran tahun tahun sebelumnya tetap saja inflasinya sangat rendah," jelasnya.

Sementara itu, kelompok makanan minuman dan tembakau tercatat mengalami deflasi minus 0,32 persen dengan andil terhadap deflasi yaitu minus 0,08 persen. Deflasi pada kelompok ini terjadi karena adanya penurunan harga sejumlah komoditas.

"Harga berbagai makanan yang mengalami penurunan sehingga menyebabkan deflasi, di antaranya adalah cabai merah, telur ayam ras, bawang putih, cabai rawit, bawang bombai," tuturnya.

Meski begitu, kata Suhariyanto, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang inflasi, seperti bawang merah yang memberi andil inflasi sebesar 0,06 persen, daging ayam ras 0,03 persen, daging sapi dan rokok kretek filter masing-masing 0,01 persen.

Adapun rincian tersebut yakni, untuk kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,10 persen, perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,12 persen, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,10 persen, penyediaan makanan dan minuman atau restoran 0,08 persen, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,04 persen. Seluruh kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi 0,01 persen.

Sedangkan kelompok pakaian dan alas kaki tercatat mengalami inflasi 0,09 persen, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,08 persen, rekreasi, olahraga, dan budaya 0,06 persen, pendidikan 0,00 persen. Meski mengalami inflasi, kata dia, seluruh sektor ini tidak memberikan andil terhadap inflasi Mei 2020.

Suhariyanto menjelaskan, inflasi pada Mei 2020 tercatat sebesar 0,07 persen secara month to month (mtm). Secara tahun kalender atau year to date (ytd) sejak Januari sampai dengan Mei tahun ini adalah sebesar 0,90 persen. Sementara inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) tercatat sebesar 2,19 persen.

"Hasil survei BPS, BPS memantau perkembangan harga berbagai komoditas di 90 kota pada Mei 2020 secara umum menunjukkan adanya kenaikan meskipun tipis sekali, berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota pada Mei 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen," tuturnya.