Bagikan:

JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Surabaya mengungkapkan sebanyak 212 tenaga dokter di wilayah setempat terkonfirmasi positif COVID-19 sejak munculnya kasus vrus corona awal tahun 2020.

"Selama ini tenaga dokter di Surabaya sudah melayani sebaik mungkin. Namun kapasitas tenaga tidak sebanding dengan kasus melonjak maka mengakibatkan pelayanan tidak optimal. Sehingga tenaga kesehatan pun satu per  satu tumbang," ujar Ketua IDI Kota Surabaya Dr. dr. Brahmana Askandar Tjokroprawiro Sp.OG K-Onk di Surabaya, dilansir Antara, Kamis, 8 Juli.

Jumlah tersebut, kaya dia, hanya tenaga dokter, belum termasuk tenaga Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), perawat, tenaga pemulasaraan dan lain-lain.

Selain itu, ia menyebut kondisi rumah sakit di Surabaya saat ini semua penuh dan pasien datang tertahan di unit gawat darurat (UGD) terjadi setiap hari.

Penambahan kapasitas rumah sakit, kata dia, selalu dilakukan namun yang menjadi pekerjaan berat jika harus menambah tenaga kesehatan.

Dr. Brahmana memandang kondisi saat ini seperti atap bocor dan dokter sebagai orang yang membersihkan lantai.

"Selama atap yang bocor tidak ditekan, jumlah kasus tetap meledak, berapapun tenaga untuk membersihkan lantai ditambah, lantai tidak akan pernah bersih," ucap dia.

Ia meminta kepada masyarakat agar terus mematuhi protokol kesehatan dan mematuhi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat dari pemerintah dengan sepenuh hati.

"Tidak keluar rumah jika tidak diperlukan, diharapkan penyebaran COVID-19 akan bisa ditekan," kata pria yang juga menjabat Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini.

Sementara itu, salah seorang mahasiswa PPDS 1 Obstetri dan Ginekologi FK Unair - RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Aliy Akbar Al Busani meninggal dunia hari ini.

Ia menghembuskan nafas terakhir pukul 08.12 WIB di Ruang Intensif Khusus (RIK 1) RSUD Dr Soetomo Surabaya setelah berjuang melawan COVID- 19.

Dokter Aliy merupakan PPDS Obgin FK Unair angkatan tahun tahun 2019, dan saat ini sedang menempuh PPDS 1 dan masuk ke semester 5.

Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi dan Informasi Unair, dr. Miftahussurur menuturkan, meninggalnya mahasiswa PPDS merupakan pukulan mendalam bagi universitas, khususnya Fakultas Kedokteran.

"Unair kembali kehilangan salah satu pengabdinya yang selalu memberikan sumbangsih pada penelitian dan pelayanan kesehatan. Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih sebesar-besarnya atas kontribusinya di Unair selama menjalani pendidikan," tutur dia.