Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyinggung keterpurukan partai berlambang beringin ini akibat ketua umum sebelumnya, Setya Novanto yang jadi tersangka kasus korupsi e-KTP pada November 2017.

Airlangga mengatakan itu di hadapan kader Partai Golkar saat memberikan Pidato Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pada Munas X Golkar di Hotel Ritz Carlton, Rabu, 4 Desember.  

Kala Novanto jadi tersangka, Airlangga menggantikannya. Airlangga mengemban tugas ini selama dua tahun. Seluruh pimpinan dan kader-kader Partai Golkar, saat itu memberi dukungan penuh dengan harapan dirinya berhasil membawa partai tersebut mengarungi samudra luas di tengah badai dan gelombang.

Dia menambahkan, amanah dan harapan tersebut telah dijalankan dengan baik. Ditambah, dia juga dapat dukungan dari seluruh jajaran pengurus di semua tingkatan, para tokoh senior dan kader-kader Partai Golkar di seluruh penjuru tanah air.

"Lebih dua tahun dari 2014 sampai 2016 terjadi dualisme kepengurusan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dalam situasi semacam itu konsolidasi organisasi kaderisasi dan pembinaan tidak berjalan sebagaimana mestinya," tutur Airlangga.

Airlangga menjelaskan, setelah terjadi musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) tahun 2016 di Bali, kala itu Partai Golkar dipimpin Novanto, melakukan manuver politik nasional. Semula berada di luar pemerintahan bersama koalisi merah putih, kemudian berubah menjadi partai pendukung pemerintah Jokowi-JK bersama Koalisi Indonesia Hebat. 

Selanjutnya, kata Airlangga, dengan semangat dan posisi politik yang baru, kepengurusan hasil Munaslub 2016 melaksanakan rekonsiliasi dan konsolidasi organisasi di semua tingkatan. Tetapi kerja-kerja organisasi tersebut tidak dapat berlanjut karena pucuk pimpinan partai pun ditimpa musibah hukum, karena Novanto masuk penjara.

"Ketika itu Partai Golkar menjadi bulan-bulanan media. Terutama berita-berita negatif di media sosial, sehingga citra dan elektabilitas Partai Golkar menurun cukup tajam. Dalam situasi krusial tersebut mengantarkan terjadinya Munaslub tahun 2017 dan saya terpilih sebagai ketua umum secara aklamasi," jelasnya.

"Ibarat kapal yang telah oleng dihantam badai besar, Golkar memenangkan nakhoda untuk menyelamatkan kapal tersebut. Sehingga penumpang bisa selamat sampai tujuan," sambungnya.

Saat Golkar sedang terpuruk, kata Airlangga, dirinya bergerak cepat menyusun strategi kreatif untuk menarik simpati publik dengan mencanangkan sebuah slogan 'Golkar bersih, Golkar bangkit'. Ia mengaku, ungkapan-ungkapan tersebut terasa sangat bertenaga hingga menggema ke seluruh pelosok negeri.

"Tidak hanya berhenti pada tingkat jargon atau slogan semata melainkan dilaksanakan dalam kebijakan organisasi. Bagi siapa saja kader yang terlibat korupsi apalagi terkena OTT oleh KPK Partai Golkar tidak segan-segan untuk langsung menghentikan dari semua posisi dan jabatan di dalam partai," ucapnya.