Belum Ada Bukti Kuat Hubungan Seks Bisa Tularkan COVID-19 Lewat Sperma
Ilustrasi (Foto: Filipe Almeida, Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa virus COVID-19 dapat bertahan dalam air mani atau cairan sperma. Lalu, bisa-tidaknya virus corona ditularkan melalui hubungan seksual pun dipertanyakan. 

Seksolog Haekal Anshari, membenarkan adanya laporan bahwa virus SARS Cov-2 atau COVID-19 ditemukan di cairan sperma dan virus yang ditemukan tersebut mengandung bahan genetik. Namun, kata dia, belum ada bukti kuat virus corona bisa ditularkan melalui hubungan seksual

"Masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana virus SARS Cov-2 dalam cairan sperma bisa menularkan kepada orang lain lewat hubungan seksual," kata Haekal saat dikonfirmasi VOI, Senin, 11 Mei. 

Lagipula, kata Haekal, jumlah sampel cairan sperma laki-laki yang diteliti dan menunjukkan adanya kandungan virus corona belum kuat untuk mewakili populasi laki-laki secara luas di dunia. 

Yang jelas, kata Haikal, risiko penularan COVID-19 sangat meningkat saat pasangan melakukan ciuman karena terjadi penularan air liur atau ludah. 

Sebab, penularan virus corona saat ini utamanya ditularkan melalui droplets yang dikeluarkan saat batuk atau bersin. Bahkan, penularan juga bisa lewat sentuhan tangan. Tangan kita bisa terkontaminasi oleh virus yang ada di permukaan benda, bila tangan tersebut belum dicuci dan langsung menyentuh wajah.

"Saat melakukan hubungan seksual pasti ada kontak dengan droplets yang menular bukan hanya karena jarak yang dekat saat melakukan hubungan seksual," ujar dia. 

Diberitakan The New York Times, fakta terbaru itu berasal dari peneliti di China. Mereka menguji air mani dari 38 pasien di Rumah Sakit (RS) Kota Shangqiu, Henan. Semua subjek diambil dari orang yang positif corona dan berusia antara 15 sampai 59 tahun.

Hasilnya, peneliti mendeteksi ada sekitar 16 persen materi genetik virus corona pada enam pasien. Sementara empat pasien yang air maninya teridentifikasi positif berada pada tahap infeksi akut, kata Dokter Weiguo Zhao dari Pusat Medis Kedelapan RS Umum Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok di Beijing dan Dokter Shixi Zhang dari RS Kota Shangqiu.

Sedangkan dua orang lagi sedang dalam pemulihan. Ketika diuji, salah satu pasien bahkan sudah 16 hari sejak pertama kali menunjukkan gejala COVID-19.

Sejak awal wabah, para ahli kesehatan masyarakat sudah mewanti-wanti, virus corona bisa menular melalui ciuman. Namun mereka tidak percaya virus itu bisa menular secara seksual. 

Untungnya penelitian terbaru tidak bertentangan dengan hal tersebut. Penelitian yang diterbitkan pada Kamis oleh JAMA Network Open, sebuah jurnal medis bebas akses. Penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa virus corona dapat ditularkan lewat aktivitas seks.