JAKARTA - Pemerintah mengumumkan, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia terus mengalami penambahan. Terbaru, jumlah pasien yang dinyatakan positif bertambah sebanyak 395 orang. Sehingga, total akumulasi pasien positif kini mencapai 11.587 orang.
Hanya saja, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 18 dari 34 provinsi di Indonesia pada Senin, 4 Mei tidak mencatatkan penambahan jumlah kasus positif COVID-19 dan Yogyakarta menjadi provinsi yang bebas dari penambahan kasus baru di Pulau Jawa.
Adapun 18 provinsi tersebut adalah Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jambi, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara.
Selanjutnya provinsi lainnya adalah Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo.
Sedangkan untuk angka kesembuhan pasien COVID-19 paling tinggi terjadi di DKI Jakarta. Dengan total pasien sembuh mencapai 632 orang dan disusul oleh Sulawesi Selatan.
"Kemudian Sulawesi Selatan 199, Jawa Timur 178, Jawa Barat 159, Bali 159 dari total keseluruhannya adalah 1.954 orang,” jelas Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto dalam konferensi persnya, Senin, 4 Mei.
Pasien, kata Yuri, bisa dinyatakan sembuh jika melaksanakan uji laboratorium dan hasilnya negatif sebanyak dua kali. Selain itu, kesembuhan ini juga sejalan dengan tak ada lagi keluhan klinis yang dialami pasien.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengingatkan masyarakat untuk tidak mudik ke kampung halaman apapun alasannya. Pelarangan ini, kata dia, dimaksudkan agar tak ada lagi penyebaran di daerah yang sudah terbebas dari COVID-19.
"Ada beberapa provinsi yang kasusnya sudah nol. Jangan sampai dengan adanya pemudik muncul masalah baru," kata Doni dalam konferensi pers usai rapat terbatas yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Kabinet, Senin, 4 Mei.
Dia mengatakan, meski larangan sudah dilaksanakan sejak 24 April yang lalu namun masih banyak masyarakat yang nekat mudik. Sehingga dia meminta seluruh masyarakat bisa menahan keinginan untuk mudik.
Apalagi, saat ini di daerah jumlah dokter spesialis paru tidak memadai sehingga dikhawatirkan menimbulkan permasalahan baru di daerah tersebut.
"Jumlah dokter paru kita adalah 1.973 orang. Artinya, satu dokter paru harus melayani 1,2 juta warga negara Indonesia. Sehingga kita membiarkan diri kita terpapar dan lingkungan kita terpapar, di daerah itu tidak ada dokter paru," ungkapnya.