Bagikan:

JAKARTA - Dua tunawisma menangis tersedu-sedu di depan Menteri Sosial Tri Rismaharini. Di lobi kantor Kementerian Sosial, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Hakim (70) dan Salwa (14) mengaku ingin dipulangkan ke kampung halamannya.

Di hadapan Risma, Salwa terus menangis. Ia tak mau dikembalikan ke panti sosial. Sebab, ia mengaku trauma karena mendapat kekerasan saat ditampung di panti miliki Dinas Sosial di Kedoya, Jakarta Barat.

“Ya sudah yang lalu, biarlah berlalu. Kamu bener ingin balik ke kampung mu? Tapi kamu harus kuat. Jangan nangis terus, ya,” kata Mensos kepada Salwa di Kantor Kemensos, Senin, 18 Mei.

Melanjutkan, Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat menyatakan, kedua tuna wisma ini sudah ditawari untuk bisa mendapat layanan di balai milik Kemensos, namun mereka berkeras memilih kembali ke daerah asal mereka. 

“Alasannya pernah mendapat perlakuan kurang menyenangkan saat dalam penanganan oleh Satpol PP. Jadi ada semacam trauma kalau menjalani pelayanan di dalam panti atau balai," ujar Harry.

Akhirnya, Kemensos menuruti kemauan tunawisma dan memulangkan mereka ke kampung halamannya. Namun, terlebih dulu mereka harus memiliki identitas kependudukan.

Hary memastikan, Kemensos akan memastikan proses kepulangan mereka mendapat dukungan penuh. Melalui Bandara Halim Perdanakusuma, Hakim terbang ke Bengkulu didampingi satu anggota Team Reaksi Cepat (TRC). Sementara Salwa diantar ke Sukabumi melalui jalur darat.

Selain itu, Kemensos juga memastikan bahwa mereka berdua akan mendapatkan bantuan sosial, apakah Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) atau Kartu Sembako, atau Bantuan Sosial Tunai (BST). 

“Kami sedang siapkan. Untuk itu, terlebih dahulu mereka harus memiliki KTP. Mereka sebelumnya punya KTP tapi hilang. Jadi nanti tinggal ke dukcapil, lalu di-print,” Jelas Hary.