Dituding Jadi Penyebab Molornya Reshuffle Kabinet Jokowi, PAN: Alasannya Apa? Kita Pasif!
Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay (Foto: Situs DPR RI)

Bagikan:

JAKARTA - Isu reshuffle atau pergantian kabinet kembali kuat usai kepastian pengumuman reshuffle akan digelar dalam waktu dekat ini.Selain alotnya perombakan kabinet, diduga masih ada tarik ulur lantaran masuknya PAN ke dalam. 

Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay, mengaku heran partainya dianggap sebagai penyebab molornya pengumuman reshuffle jilid 2. Padahal, kata dia, selama ini PAN bersikap pasif menanggapi wacana tersebut.

"Alasannya apa, kok jadi PAN yang membuat molor? Saya nyatakan posisinya pasif, tidak proaktif untuk urusan ini. Karena kami sadar reshuffle itu adalah hak prerogatif Presiden,” tegas Saleh, Selasa, 27 April.

Saleh kembali mengungkapkan, hingga hari ini PAN belum menerima tawaran dari presiden untuk masuk dalam kabinet. Memang, kata dia, tawaran pernah ada dari Presiden ke ketua umum PAN, Zulkifli Hasan. Namun, pembahasan dahulu belum sampai finalisasi kesediaan bergabung dalam kabinet.

“Sejak isu reshuffle pertama, kan isu PAN masuk kabinet itu sudah ada. Tetapi memang belum sampai pada titik yang katakan pembicaraan final, makanya belum jadi," ungkap ketua Fraksi PAN DPR itu.

Saat ini, tambah Saleh, PAN masih dalam posisi menunggu pembicaraan khusus terkait tawaran masuk kabinet.

“Sekarang kami tetap menunggu. Kalau secara khusus belum ada (tawaran masuk kabinet, red),” katanya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai adanya tarik ulur kepentingan politik di sekitar Presiden Jokowi membuat reshuffle belum terjadi.

“Masih ada power interplay (tarik menarik, red) kepentingan politik di sekitar Jokowi. Apalagi ada isu PAN akan masuk koalisi Jokowi. Artinya akan ada kader PAN akan masuk kabinet,” kata Ujang, Sabtu, 24 April.

Menurutnya, ada resistensi dari parta-partai koalisi pendukung Jokowi menyikapi isu PAN masuk pemerintahan dalam momen reshuffle. Seperti Nasdem masih menolak masuknya PAN. 

"Karena PAN dianggap tidak berdarah-darah dan berkeringat di pilpres. Tarik menarik lainnya bisa saja terkait dengan sosok atau figur menteri yang akan di-reshuffle dan siapa penggantinya. Ini masih belum ada titik temu,” jelas Ujang.