Bagikan:

JAKARTA - Para pengunjuk rasa menggelar protes di dekat markas besar polisi utama Istanbul, Turki. Demonstran mengatakan penahanan pesaing politik utama Presiden Tayyip Erdogan yang juga wali kota, Ekrem Imamoglu, merupakan pukulan bagi demokrasi Turki.

Otoritas Turki menahan Imamoglu, dari oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP), atas tuduhan termasuk korupsi dan membantu kelompok teroris, yang memicu protes dan kecaman dari oposisi, kritikus pemerintah.

Lebih dari 100 orang berkumpul di dekat markas polisi, tempat Imamoglu dibawa setelah ditahan pada Rabu, 19 Maret. Massa meneriakkan dukungan untuk wali kota dan slogan-slogan antipemerintah.

"Mereka sedang melakukan kudeta terhadap Imamoglu, yang mengalahkan Erdogan empat kali di kotak suara sejak 2019 atas kemauan bangsa," kata Bulent Gulten, seorang pengunjuk rasa, merujuk pada pemilihan umum daerah 2019 dan 2024 saat CHP Imamoglu mengalahkan Erdogan dengan menyapu bersih sebagian besar kota besar.

"Hari ini, bangsa Turki akan sekali lagi bersatu melawan mereka yang mengkhianati demokrasi dan kemauan nasional. Ekrem Imamoglu tumbuh dan semakin kuat di mata rakyat," katanya dilansir Reuters.

Pasukan keamanan membarikade jalan-jalan menuju markas polisi, sementara polisi antihuru-hara dan truk meriam air memblokir jalan-jalan sementara kantor gubernur Istanbul melarang semua pertemuan publik setelah penahanan Imamoglu.

"Kami datang ke sini untuk mendukung wali kota. Mereka menangkapnya secara tidak adil. Jadi, kami di sini untuk mendukungnya," kata Murat Sapankaya, seorang pekerja kota yang ikut dalam aksi protes tersebut.

Imamoglu, 54 tahun, meningkatkan kritiknya terhadap Erdogan dan pemerintahannya dalam beberapa bulan terakhir, yang memicu gelombang tindakan hukum dan dakwaan terhadapnya.

Imamoglu menegaskan dirinya tidak akan menyerah dan akan terus melawan tekanan tersebut.

"Kami sebenarnya sudah memperkirakan Imamoglu akan segera menjalani proses penahanan seperti itu. Kami semua di sini sampai keputusan diubah dan keadilan ditegakkan," kata Yilmaz Arslan, pengunjuk rasa lainnya.