Mengapa Kapal Selam Dapat Tenggelam, Melayang, dan Terapung?
Dokumentasi KRI Nanggala-403. (Foto: Antara)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Sebuah baja akan tenggelam di air, namun kapal yang terbuat dari baja akan tetap mengapung. Pastinya ada faktor lain yang berperan untuk menjelaskan hal tersebut. 

Hukum Archimedes menjadi jawaban yang jelas bahwa benda yang diletakkan di air akan memiliki gaya angkat ke atas sama besar dengan berat air yang dipindahkan. Gaya ke atas ini bertindak sebagai gaya apung yang berlawanan dengan gaya gravitasi.

Selain itu dengan membentuk lambung kapal sedemikian rupa sehingga saat kapal tenggelam ke dalam air, ia akan menggeser lebih banyak cairan hingga tercapai keseimbangan antara massa air yang dipindahkan dan massa kapal. Prinsip umum ini berlaku untuk benda apa pun yang terbuat dari bahan yang lebih padat daripada zat cairnya.

Kapal selam akan terapung karena gaya angkat ke atasnya lebih besar dari berat kapal selam, lalu kapal selam akan melayang ketika gaya angkat sama besar dari berat kapal selam, dan tenggelam ketika gaya angkat kapal lebih kecil dari berat kapal selam.

Kapal selam dapat mengatur besarnya gaya tersebut dengan menggunakan tangki pemberat (ballast tank), yang dapat diisi bergantian dengan air atau udara, tergantung di mana kapal selam ingin berada.

Penjelasan singkat kenapa bisa diatur karena pemberat

1. Ketika kapal selam akan mengapung menuju ke permukaan laut, air yang ada di tanki pemberat dikeluarkan dan selanjutnya tanki pemberat diisi dengan udara. Sehingga udara tersebut memberikan tekanan keatas. 

2. Saat kapal selam akan menyelam tanki diisi dengan air. Udara di dalam tanki pemberat pun dikeluarkan. Ini akan membuat daya tekanan kapal lebih berat daripada tekanan air.