JAKARTA - Garda Revolusi Iran menyebut gencatan senjata di Gaza mewakili "kemenangan besar" bagi perlawanan Palestina. Iran memperingatkan kemungkinan pelanggaran oleh Israel.
Kelompok bersenjata Palestina Hamas dan Israel mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza yang menurut para mediator akan berlaku pada Minggu, 19 Januari.
Perjanjian tersebut mengatur pembebasan sandera Israel yang ditahan di sana selama 15 bulan perang yang menghancurkan wilayah tersebut dan menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
“Berakhirnya perang dan diberlakukannya gencatan senjata terhadap rezim Zionis (Israel) adalah kemenangan yang jelas dan besar bagi Palestina dan kekalahan yang lebih besar bagi rezim Zionis,” demikian pernyataan Garda Revolusi Iran dilansir Reuters, Kamis, 16 Januari.
Iran dan kelompok bersenjata non-negara sekutunya di kawasan seperti Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon telah mendukung Hamas selama konflik berlangsung.
“Perlawanan tetap hidup, berkembang, kuat dan memiliki keyakinan yang lebih dalam terhadap janji ilahi untuk membebaskan masjid al-Aqsa dan Yerusalem,” kata Garda Revolusi seraya menegaskan mereka tetap melakukan persiapan di lapangan untuk menghadapi "perang dan kejahatan baru”.
Sementara itu, lewat X, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan perlawanan Palestina dan “Poros Perlawanan” yang didukung Iran berhasil memaksa Israel untuk “mundur.”
Perang di Gaza memicu konflik di Tepi Barat yang diduduki Israel, di Lebanon, Suriah, Yaman dan Irak, dan meningkatkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara musuh regional Israel dan Iran.
Pada November, Hizbullah dan Israel menyetujui gencatan senjata beberapa minggu setelah konflik meningkat dan menyebabkan terbunuhnya pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dalam serangan udara Israel di Beirut.