Bagikan:

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menanggapi isu dugaan dijualnya bantuan logistik berupa barang kebutuhan pokok di posko pengungsian korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Informasi dugaan dijualnya logistik barang kebutuhan pokok oleh oknum aparat beredar di berbagai kanal media sosial beberapa hari terakhir.

Salah satunya akun instagram @viralkupang.ntt yang dalam unggahannya menyebutkan ada warga mengaku ditawari 50 kilogram beras dan telur yang diduga barang bantuan dari Posko Desa Ile Gerong, Kecamatan Titehena, Flores Timur oleh oknum aparat penjaga.

Deputi Logistik dan Peralatan BNPB, Lilik Kurniawan mengatakan, dugaan dijualnya bantuan korban bencana tersebut adalah tidak benar. Hal ini diketahui sebagaimana keterangan klarifikasi Pemerintah Kabupaten Flores Timur yang diperoleh BNPB.

"Sudah ada klarifikasi dari Penjabat Bupati (tidak benar)," kata dia di Jakarta, Antara, Jumat, 10 Januari. 

BNPB memastikan, secara keseluruhan penanganan korban bencana di Flores Timur sudah berjalan sebagaimana mestinya berkat kerja sama yang solid multipihak, termasuk menyangkut bantuan kebutuhan pokok bagi pengungsi yang pengelolaan berada dalam pengawasan pemerintah daerah setempat.

Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaa BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan persnya juga memastikan bahwa fase tanggap darurat hingga ke fase pemulihan dampak bencana erupsi di Flores Timur yang sedang berlangsung saat ini berjalan dengan baik.

Bahkan, menurut dia, BNPB terus menggencarkan proses pembangunan rumah hunian sementara dan juga mempercepat realisasi pembangunan hunian tetap untuk pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki tahun 2025. Sebanyak 27 kopel rumah hunian sementara yang dibangun bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat, siap untuk ditempati 135 kepala keluarga korban erupsi.

Status aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki saat ini berada pada level III (Siaga) yang ditetapkan pada 24 Desember 2024, atau turun dari level IV (Awas) yang sebelumnya berlaku sejak letusan skala besar pada 4 November 2024, hingga mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia, satu luka berat dan 13 ribuan warga di Flores Timur harus mengungsi.