Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkap bahwa kasus akibat virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Jakarta telah ditemukan sejak tahun 2022. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut virus HMPV menjadi salah satu penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, jumlah penderita ISPA akibat HMPV di Jakarta sejak temuan kasus pertama hingga saat ini mencapai 197 kasus. Rinciannya, 19 kasus ditemukan pada tahun 2022, 78 kasus pada 2023, dan 100 kasus pada tahun 2024.

"Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta," kata Ani dalam keterangannya, Kamis, 9 Januari.

Sementara itu, virus penyebab ISPA selain HMPV yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, rhinovirus dan respiratory syncytial virus.

Ani mengaku jumlah penderita ISPA dan pneumonia memang sedang meningkat. Sejak bulan November tahun 2024, pola ini relatif berulang setiap tahun dimana kasus ISPA cenderung meningkat menjelang akhir tahun hingga awal tahun.

Ani menerangkan, gejala umum penderita ISPA akibat berbagai virus atau mikroorganisme lain juga sama, antara lain batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Jika terjadi infeksi pada saluran napas bawah, akan menjadi bronchitis, pneumonia atau radang paru.

"Setidaknya ada 23 mikroorganisme/agen penyebab lain yang sering ditemukan pada penderita ISPA, seperti virus influenza tipe A dan tipe B, adenovirus, coronavirus, dan lain-lain," urai dia.

Oleh karenanya, Ani mengimbau masyarakat agar tidak panik menghadapi potensi penyebaran virus ini, dengan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker ketika sakit.

"Walaupun mayoritas penderita ISPA akibat HMPV tidak mengalami sakit berat, namun pada kelompok rentan, yaitu pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi ini dapat menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan untuk penderitanya,” urai Ani.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa virus HMPV yang baru-baru ini merebak di China sejatinya bukanlah virus baru. Sehingga, ia meminta masyarakat untuk tidak panik saat mengetahui HMPV ditemukan di Indonesia.

“HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Budi.

Budi menegaskan virus HMPV berbeda dengan virus COVID-19. COVID-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

“Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” tutur Budi.

Budi juga menekankan bahwa informasi tentang melonjaknya kasus HMPV di Tiongkok tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti Tiongkok sering terjadi saat musim dingin.

“Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar),” urainya.